Terumbu Karang di Samudera Hinda Terancam Hilang Akibat Gelombang Panas

Ade Indra Kusuma Suara.Com
Jum'at, 02 Agustus 2019 | 05:40 WIB
Terumbu Karang di Samudera Hinda Terancam Hilang Akibat Gelombang Panas
Ilustrasi terumbu karang. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Terumbu Karang di Samudera Hinda Terancam Hilang Akibat Gelombang Panas

Menurut kelompok nirlaba Reef Resilience Network, sekitar 60 persen terumbu karang dunia terancam oleh naiknya termperatur air laur.

Penelitian baru menunjukkan betapa dahsyatnya dua gelombang panas terhadap terumbu karang terutama yang kini melanda Samudera Hindia.

Pada tahun 2015 dan 2016 belahan bumi bagian selatan dihantam oleh gelombang panas terus-menerus akibat dari pola cuaca yang menyebabkan terjadinya badai El Nino.

Baca Juga: BMKG: Gelombang Panas di Timur Tengah Tak Menjalar ke Indonesia

Satu-dua pukulan cuaca yang memanas itu menyebabkan kerusakan signifikan pada sejumlah ekosistem terumbu karang yang rawan di Samudera Hindia. Leo Barret dari Marine Conservation Society Seychelles memaparkan, “Kita kehilangan hingga 50 persen dari seluruh terumbu karang yang ada, tiga tahun lalu tepatnya pada tahun 2016. Hal ini terjadi terutama pada terumbu yang bercabang, dalam hal ini disebut acropora, misalnya.”

Sejumlah karang berbentuk Acropora adalah bangunan dasar yang penting bagi terumbu karang.

Gelombang panas bahkan terjadi tanpa perubahan iklim, akan tetapi terumbu karang biasanya butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih.

Catherine, Head dari Zoological Society of London menjelaskan bahwa dengan adanya realitas baru perubahan iklim, dimana gelombang panas datang lebih sering dan lebih menyengat.

"Jadi, ketika gelombang panas itu terjadi lebih sering seperti yang diperkirakan, maka terumbu-terumbu karang tidak akan punya kesempatan untuk pulih,” jelasnya seperti mengutip VOAIndonesia.

Baca Juga: Tembus 51 Derajat Celcius, Gelombang Panas India Renggut 36 Nyawa

Catherine menjadi bagian dari tim peneliti yang baru-baru ini dilakukan di Samudera Hindia, diantaranya mengukur kerusakan akibat hantaman gelombang panas yang berturut-turut.

"Karang staghorn, misalnya yang lebih dikenal sebagai sejenis rumput liar akan terkena dampak sangat parah. Jadi 86 persen karang Staghorn sebenarnya dipengaruhi oleh gelombang panas tersebut, sedangkan sebagian karang lainnya yang lebih kuat kurang terpengaruh,” kata Cahterine.

Yang mengkhawatirkan adalah bahwa hilangnya karang-karang itu berarti kehilangan keanekaragaman di lautan secara signifikan.

Ilustrasi bawah laut (Shutterstock)
Ilustrasi bawah laut (Shutterstock)

"Jadi jenis ikan dan beragam invertebrata atau hewan tak bertulang belakang yang hidup di karang laut akan berkurang dan demikian juga kemungkinan kompleksitas struktural terumbu karang. Jadi, sejumlah karang berkontribusi lebih banyak pada struktur kalsium karbonat daripada yang lain. Dan itulah yang menyebabkan struktur integral yang sangat kompleks dan sangat menarik,” imbuhnya.

Meskipun sejumlah upaya dilakukan guna menghidupkan kembali terumbu karang yang sekarat, namun karang-karang itu dinilai perlahan-lahan bakal menghilang.

Saat ini, para ilmuwan mengemukakan dunia tidak melakukan apa yang diperlukan untuk mencegah kenaikan suhu laut yang dahsyat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI