Suara.com - Es campur, minuman segar khas Indonesia ini dikenal sebab cita rasanya nan kaya dan istimewa.
Di berbagai daerah, berbagai varian es campur dari es oyen, es teller, es doger hingga es dawet memanjakan lidah pada penikmatnya sepanjang sejarah Indonesia berdiri.
Beberapa di antaranya menjelma kuliner legendaris nan disegani di kota masing-masing lho. Seperti empat es campur legendaris yang dihimpun Suara.com di sini. Apa saja?
Es Campur Pa Oyen 18 Sukajadi di Bandung
Berpusat di Jalan Sukajadi Nomor 8, Bandung, gerai es legendaris, Pa Oyen 18 Sukajadi lebih dari setengah abad konsisten menjajakan es campur segar bercita rasa khas sejak tahun 1954.
Seporsi es campurnya nan istimewa berisikan es serut, potongan kelapa muda, buah nangka, alpukat, dan mutiara sagu yang dibaluti susu dan sirup khas nan mengentaskan dahaga.
Tak heran, kesegaran es campurnya mudah membuat siapa pun jatuh hati. Seporsinya pun dibanderol sangat terjangkau, sekitar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu.
Selain menikmati sajian utama es campurnya nan melegenda, di gerai Pa Oyen 18 Sukajadi, para pengunjung juga dapat menikmati kelezatan bakso tahu dan siomay dengan cita rasa gurih dan tak kalah istimewa.
Es Tawon Kidul Dalem di Malang
Beroperasi sejak tahun 1955, Es Tawon Kidul Dalem konsisten menyuguhkan cita rasa es serut segar nan melegenda, memanjakan dahaga para penikmatnya dari tahun ke tahun.
Namanya yang unik 'dibaptis' para pengunjungnya yang kerap menyaksikan seporsi es di warung ini dikerubungi tawon. Jadilah es serut nan menggunung ini dikenal sebagai Es Tawon hingga enam dekade berdiri sampai hari ini.
Segelas Es Tawon Kidul Dalem disajikan bersama es serut, siraman sirup dan beragam isian nan menggugah selera.
Meski sekilas menyerupai es campur pada umumnya, terdapat racikan khusus yang menyebabkan es ini begitu digemari para penikmatnya.
Terdapat enam varian es yang dapat dipesan, dari es campur, es kacang tape, es kacang hijau alpukat, es kacang hijau ketan hitam hingga bubur kacang hijau, keenam es berbeda varian ini memiliki penampakan nyaris serupa meski topping yang digunakan berbeda.
Seporsinya pun dijajakan dengan harga sangat terjangkau, yakni sekitar Rp 8 ribu saja.
Mencicipi es legendaris ini kita harus menyambangi gerai yang terletak di Jalan Zainul Arifin Nomor 35, Malang.
Es Campur Pak Djoni di Semarang
Menyambangi Semarang, Jawa Tengah tak lengkap rasanya jika belum menikmati seporsi Es Campur Pak Djoni nan melegenda.
Dijajakan tepat di depan Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), gerai Es Campur Pak Djoni beroperasi sejak tahun 1976.
Selain bakso sapi dan bakso jumbo isi telurnya nan menggugah, es campur merupakan salah satu menu andalan warung yang membentang di Jl. Sidodari Timur, Karangtempel, Semarang tersebut.
Seporsi Es Campur Pak Djoni, disuguhkan bersama potongan kelapa muda, irisan nangka, alpukat, melon, cincau, tape singkong hingga potongan roti tawar yang menambah kepadatan menu istimewa ini.
Sajian ini kian sempurna dengan baluran sirup, es serut dan susu kental manis nan segar.
Tak heran, Es Campur Pak Djoni kerap jadi menu pamungkas pelepas dahaga andalan mahasiswa UPGRIS dan masyarakat sekitar.
Es Dawet Jembut Kecabut di Purworejo
Menyambangi Kabupaten Purworejo di Jawa Tengah tak lengkap rasanya jika belum menyeruput minuman legendaris, Es Dawet Jembut Kecabut.
Penamaannya nan nyeleneh merupakan singkatan nama lokasi dawet khas ini dijajakan yakni tepat di sebelah timur Jembut (Jembatan Butuh) di kawasan Kecabut (Kecamatan Butuh).
Nama yang dibaptiskan dan terkenal di kalangan penggemarnya ini sesungguhnya bukanlah nama yang dikehendaki sang penjual, sebab di lokasi hanya papan bertuliskan Dawet Hitam Asli Pak Wagiman Butuh yang dapat kita lihat.
Namun penamaan nan nyeleneh tersebut kadung lebih viral dan membuat lebih banyak orang penasaran dengan kelezatan dawet legendaris ini.
Dawet hitam legendaris Jembut Kecabut telah disajikan turun-temurun sejak tahun 1950-an.
Saat itu, sang pencetus, Ahmad Dansri awalnya menjual dawet hitam racikannya untuk para petani tatkala musim panen tiba. Ia bergerak dari sawah satu ke sawah lainnya di Purworejo.
Hari ini warisan Ahmad Dansri diteruskan generasi ketiganya, Wagiman dan sang istri, Hartati. Mereka menjajakan dawet legendaris tersebut nyaris setiap hari di tepi jalan Purworejo - Kebumen di Kecamatan Butuh, persisnya di sebelah timur Jembatan Butuh.
Terbuat dari bahan alami, tanpa pewarna buatan sama sekali, Dawet Jembut Kecabut nan legendaris diolah manual menggunakan tangan.
Warna hitam dawetnya diambil dari pewarna alami berupa jerami padi yang dibakar terlebih dahulu lantas abunya dihaluskan dan disaring.
Sementara cendol dalam dawetnya terbuat dari tepung pati gelang yang direbus sembari diaduk menjelma adonan nan kental.
Untuk mencicipi seporsi sajian legendaris, Dawet Jembut Kecabut dibanderol dengan harga yang sangat murah, yakni Rp 4000 saja.
Kita juga dapat menambah topping tambahan berupa tape ketan dan hanya dikenakan charge sebesar Rp 1000. Murah banget kan!