Jakarta Polusi Udara Akut, Urban Farming jawab Krisis Ruang Terbuka Hijau

Ade Indra Kusuma Suara.Com
Kamis, 01 Agustus 2019 | 09:20 WIB
Jakarta Polusi Udara Akut, Urban Farming jawab Krisis Ruang Terbuka Hijau
Ilustrasi urban farming atau Taman di kawasan Cikini, Jakarta (Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jakarta Polusi Udara Akut, Urban Farming jawab Krisis Ruang Terbuka Hijau

Kota besar seperti Jakarta kini tengah menghadapi masalah krusial soal polusi udara yang semakin akut. Jumlah kendaraan yang meningkat tidak hanya membuat kemacetan semakin parah, tetapi juga membuat kualitas udara menjadi semakin buruk.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu nambah ruang terbuka hijau untuk mengurangi pencemaran udara di perkotaan. Ruang terbuka hijau ini diharapkan para pakar untuk dibangun di pusat kota.

Pengamat Tata Kota Nirwono Joga menjelaskan ruang terbuka hijau untuk menyaring udara kotor menjadi bersih.

Baca Juga: Pupuk Indonesia Kenalkan Urban Farming di Halal Park

"Disebut paru-paru kota harusnya di tengah kota bukan di ujung," katanya usai mengisi Rapat Kerja Teknis Adipura Tahun 2019 di Jakarta, seperti mengutip Antara.

Ruang terbuka hijau tersebut berfungsi untuk menyaring polusi dan memproduksi oksigen sehingga iklim dan udara di sekitarnya menjadi lebih sejuk.

Ilustrasi taman. (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi taman. (Sumber: Shutterstock)

Karena itu, jika daerah perkotaan saat ini menghadapi masalah pencemaran udara, maka pemerintah daerah perlu memperbanyak ruang terbuka hijau di sekitar daerah tersebut, khususnya di pusat kota.

"Akan lebih efektif jika ditempatkan di pusat kota, bukan di daerah pinggiran," tegasnya.

Namun sulitnya menemukan lahan terbuka hijau di Jakarta juga menjadi tambahan kendala yang dihadapi.

Baca Juga: Mengembangkan Tren Urban Farming di Jakarta

Mengutip Nationalgeographic, dalam beberapa tahun terakhir, tren urban farming kian diminati oleh masyarakat dunia.

Awalnya, konsep berkebun di lahan terbatas ini hanyalah sebatas inisiasi dari segelintir komunitas pecinta lingkungan yang bergerak secara mandiri. Kemudian, urban farming pun berkembang secara masif menjelma tren gaya hidup urban bingga bahkan di negara maju.

Urban farming kini tak lagi jadi gaya hidup melainkan sudah bisa menjadi solusi ketahanan pangan hingga mengentaskan kemiskinan.

Urban farming yang berarti bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan dianggap beriringan dengan keinginan masyarakat kota untuk menjalani gaya hidup sehat. Hasil dari urban farming lebih menyehatkan lantaran sepenuhnya menerapkan sistem penanaman organik, yang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintesis.

Dalam upaya memperbanyak ruang terbuka hijau, pemerintah daerah juga perlu menetapkan target minimal 30 persen.

"Semua kota-kota di Indonesia harusnya memiliki target ruang terbuka hijau minimalnya 30 persen," katanya.

Nirwono menyebutkan saat ini persentase ruang terbuka hijau di seluruh daerah di Indonesia rata-rata hanya 6-11 persen.

Karena itu, ia menekankan perlunya upaya keras pemerintah daerah untuk meningkatkan pembangunan ruang terbuka hijau sehingga mampu mengendalikan pencemaran udara.

Penurunan kualitas hidup yang dialami oleh masyarakat kota juga dinilai dapat kembali ditingkatkan lewat aktivitas berkebun di rumah yang menyegarkan pikiran, termasuk urban farming.

Sejumlah penelitian pun menyebutkan bahwa urban farming dapat menjadi konsep pertanian ideal di masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI