Suara.com - Banyak daerah mempunyai kain tradisional ikonik, tak terkecuali dengan Yogyakarta. Selain terkenal dengan tekstil kain batik dan lurik, Kota Gudeg ini juga memiliki kain stagen.
Zaman dulu, kain stagen sangat populer digunakan oleh masyarakat, khususnya para ibu. Kain stagen biasa digunakan untuk melilit pinggang sehingga mengencangkan kembali perut mereka yang kendur usai melahirkan.
Seperti kain tradisional lain, seiring perkembangan zaman, kepraktisan menjadi primadona sehingga kain stagen kehilangan popularitasnya. Namun di tangan pemuda asal Jogja ini, stagen dapat diolah menjadi inovasi yang digemari kalangan anak muda.
Baca Juga: Sudah Buluk, Sneakers Vintage Nike Moon Terjual Seharga Rp6 Miliar
Adalah Adam Amrullah yang mempunyai ide untuk memanfaatkan potensi kain stagen menjadi sepatu atau sneakers lewat label Naray. Tidak seperti kain lurik atau batik yang cenderung lebih umum dibuat sebagai busana atasan, kain stagen lebih bertekstur kasar dan tebal. Tentunya jika dimanfaatkan sebagai baju, sangat kurang nyaman di kulit.
"Dia bahannya ini, sih, tebel dan agak kasar kayak kain kanvas gitu. Jadi kepikiran kayaknya bagus, nih, kalau dibuat sepatu," ujar Adam ketika ditemui DewiKu.com di gelaran Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) 2019, Sabtu (20/07/2019) pekan lalu.
Misi Pemberdayaan
Berawal dari googling, Adam menemukan sebuah desa bernama Moyudan, terletak di sebelah barat daya Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Desa itu rupanya terkenal memiliki tradisi menenun kain stagen.
"Nemu artikel di Moyudan ada ibu-ibu penenun stagen gitu. Nyoba main ke sana terus ngobrol. Katanya sekarang udah jarang orang pakai stagen karena ada korset yang lebih praktis," ungkap pria berusia 29 tahun ini.
Baca Juga: Kayak Bunglon, Sneakers Converse Terbaru Bisa Berubah Warna
Melihat potensi yang ada, Adam memutuskan bermitra dengan perajin di Moyudan. Seperti makna Naray yang berarti "harapan" dalam bahasa Sansekerta, dari setiap pasang sneakers yang dihasilkan, tersemat misi penuh harapan untuk memberdayakan pengrajin asli melalui bekerja sama untuk membuat sneakers yang stylish.
Lewat transaksi membeli kain langsung dari perajin dengan harga wajar, mereka bisa terus melestarikan tradisi, meneruskannya ke generasi berikutnya, dan mendapatkan standar hidup yang lebih baik pada saat yang sama.
"Kita pesen motif sendiri ke pengrajin. Bisa dibilang kainnya (sneakers) nggak ada yang ngembarin karena kita pesen langsung," imbuh lulusan Ilmu Akuntansi UGM ini.
Edukasi Anak Muda
Ide membuat brand sepatu Naray ini tercetus pada awal Desember 2017 tapi baru mulai direalisasikan akhir Mei 2018. Diubahnya stagen dalam bentuk sneakers, lanjut Adam, sekaligus memperkenalkan kain stagen sebagai salah satu kearifan lokal Yogyakarta.
Sebelum mulai meluncurkan produknya, Adam mencoba mengedukasi warganet tentang kain stagen. Rupanya banyak anak muda yang kurang familiar dengan wastra nusantara satu ini.
"Saat perdana bikin sepatu, awalnya bikin prototipe dan polling di Instagram, kalau misalnya kita bikin sepatu dari stagen gimana? Dari polling yang kami buat, ternyata direspon sangat baik oleh pengguna sosial media," ucap pria kelahiran 6 Maret 1990 itu.
Idenya berbuah manis. Antusiasme masyarakat, terlebih anak muda, pada sneakers dari kain stagen dengan label Naray.co cukup positif.
Verawati Sukarma, misalnya. Pengunjung stand Naray di FKY 2019 itu mengungkapkan dirinya baru sekali ini menemukan sneakers unik dengan kain stagen.
"Aku baru tahu ada Naray ini. Kain stagen, kan, biasanya identik dengan orang tua, dipakai setelah hamil. Ternyata bisa juga diubah menjadi sneakers keren begini," ujar perempuan 26 tahun tersebut.
Keinginan Mengglobal
Adam menceritakan kali pertama produksi berhasil merilis 25 pasang sneakers yang kemudian ditawarkan ke sebuah marketplace lokal pada Mei 2018.
Hingga akhirnya, Adam mulai mempromosikan aneka produknya melalui situs resminya, www.naray.co serta via Instagram @naray.co. Ia juga sering mengikutkan Naray ke festival-festival dan pameran.
"Sekarang produksi bisa 40-50 pasang sebulan. Pembeli kebanyakan dari luar kota, seperti Jakarta, Medan dan Makassar. Untuk luar negeri, banyak yang nanyain via email tapi masih terkendala pengiriman," ujar dia.
Naray sendiri hingga kini telah menghasilkan 9 seri sneakers dengan berbagai macam desain dan motif kain stagen. Harga yang ditawarkan pun kompetitif, berkisar antara Rp 300.000 sampai Rp 360.000 per pasang.
Tak cuma sneakers, Naray pun memiliki produk lain seperti pouch, jam tangan, hingga sweater. Uniknya, semua itu juga masih memanfaatkan kain stagen sebagai daya tarik utama.
Adam pun berharap pelestarian kain stagen ini dapat terus dilakukan. Produk lokal yang dibuat dari hasil kreasi tangan tanpa mesin ini diharapkan tidak hanya dikenal masyarakat lokal.
"Harapannya ke depan lebih mengenalkan kain stagen ke luar negeri, sih. Kita pengin sneakers Naray bisa dipajang di luar negeri," tandas dia.