Telisik Sejarah Burung Garuda, Lihat Koleksi Rancangannya di Istana Kadriah

Sabtu, 27 Juli 2019 | 06:00 WIB
Telisik Sejarah Burung Garuda, Lihat Koleksi Rancangannya di Istana Kadriah
Istana Kadriah terletak tepat di persimpangan sungai Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas. (Suara.com/Rahmad Ali)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lihat Sejarah Burung Garuda, Lihat Koleksi Rancangannya di Istana Kadriah.

Jika Anda tengah berkunjung ke Pontianak, jika menyukai sesuatu yang berkaitan dengan sejarah maka mengunjungi Istana Kadriah harus masuk daftar tempat yang harus didatangi.

Bangunannya terletak di lahan seluas 25 m x 100 m beralamat di Gg. Tj. Raya No.1, Dalam Bugis, Kec. Pontianak Tim, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Istana Kadriah berada tepat di persimpangan sungai, yakni Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas.

Baca Juga: Resmi Bubar, Jokowi: Terima Kasih Kerja Keras Nonstop TKN

Bertolak tidak lebih dari 5 kilometer dari pusat kota Pontianak, istana yang didirikan pada 23 Oktober tahun 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Al Kadrie ini banyak menyimpan koleksi sejarah yang masih berjejeran rapi.

Salah satunya adalah lembaran transkrip naskah perancangan burung Garuda sebagai simbol bangsa Indonesia.

Istana Kadriah terletak tepat di persimpangan sungai Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas. (Suara.com/Rahmad Ali)
Istana Kadriah terletak tepat di persimpangan sungai Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas. (Suara.com/Rahmad Ali)

Rancangan lambang negara ini sendiri disusun dalam dua tahap oleh Sultan Hamid II pada 8 Februari 1950 sebelum akhirnya disetujui oleh Presiden Soekarno melalu PP Nomor 66 tahun 1951.

"Latar belakang gambar yang saya ciptakan pertama mengambil figur burung Garuda memegang perisai Pancasila berubah menjadi figur burung elang rajawali yang dikalungkan perisai Pancasila dan saya namakan burung Rajawali-Garuda Pancasila. Agar prosesi bangsa ini jangan melupakan peradaban bangsanya dari mana dia berasal. Jangan sampai melupakan sejarah puncak-puncak peradabannya seperti pesan paduka yang mulia (Soekarno)," seperti yang tertulis dalam transkrip Sultan Hamid II pada 15 April 1967 yang dikutip Suara.com dengan perubahan ejaan.

Lantaran itu, Juru Pelihara (Jupel) Istana Kadriah Syarif Kasim Al Kadrie berharap Sultan Hamid II menjadi pahlawan nasional lantaran jasanya telah melukiskan lambang negara.

Baca Juga: Kelly Tandiono Yakin Film Gundala Raih Sejuta Penonton dalam 5 Hari

"Udah sering diajukan menjadi pahlawan nasional dari sejak pak SBY hingga pak Jokowi. Insyaallah kebenaran akan muncul, kita sabar saja," ujarnya Jumat (26/7/2019)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI