Suara.com - Demi Kualitas Pangan, Program Sapi Tabung Bisa diterapkan di Indonesia.
Kebutuhan daging sapi di Indonesia sangat tinggi. Menurut Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), secara nasional konsumsi daging per kapita masyarakat Indonesia adalah 2,8 kg/tahun dan akan naik menjadi 5 kg per tahun dalam lima tahun ke depan.
Meski 90 persen dari kebutuhan daging masih dipenuhi permintaan pasar basah, kebutuhan akan daging sapi premium seperti Wagyu juga sangat tinggi.
Padahal sebagian besar daging premium masih diimport dari berbagai belahan dunia seperti Amerika, Jepang dan Australia.
Baca Juga: 5 Momen Liburan Jefri Nichol Sebelum Tersandung Kasus Narkoba
Menurut data Moosa Genetika Farmindo, permasalahan besar swasembada daging sapi di Indonesia adalah belum terbentuknya rantai usaha dan terbatasnya ketersediaan lahan untuk penggemukan sapi.
Selain itu, biaya industri daging sapi lokal dari sisi pembibitan, penggemukan sampai pemotongan yang besar sehingga membuat harga sapi lokal menjadi tidak kompetitif juga jadi masalah lainnya.
Untuk itu, terobosan dalam pembibitan yang dilakukan adalah menggunakan teknologi Transfer Embrio (TE) melalui program sapi tabung dianggap sebagai salah satu solusi usaha meningkatkan kualitas produksi daging sapi dalam negeri.
"Program ini dilakuan di luar negeri untuk mempercepat peningkatan populasi sapi genetik tinggi seperti program pembibitan Wagyu di Jepang," kata Profesor Tatsuyuki Suzuki, seorang pakar reproduksi hewan dari Jepang sekaligus konsultan Moosa Farm dalam acara temu media di Jakarta, Kamis, (25/7/2019).
Sapi Wagyu sendiri merupakan jenis sapi yang mempunyai nilai jual tinggi dimana harga daging dengan kualitas terbaik di pasaran berkisar antara Rp 1-2 juta per kilogram.
Baca Juga: Terlalu Membosankan, Jeremy Clarkson Anggap F1 Seperti Latihan Kebugaran
Lewat program sapi tabung, diharapkan produksi daging Wagyu lokal dapat membantu menyediakan daging Wagyu berkualitas demi kualitas pangan dengan harga yang lebih terjangkau.