Suara.com - Rayakan Hari Anak Nasional, Yuk Main 5 Permainan Tradisional Zaman Old
Peringatan Hari Anak Nasional bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya, mengajak anak bermain permainan tradisional yang mungkin tak dikenalnya.
Mungkin tanpa kita sadari, anak-anak sekarang sangat bergantung dengan gadget, yang membuatnya kurang aktif bergerak. Padahal aktivitas fisik penting bagi anak, terutama untuk melatih perkembangan ototnya.
Oleh sebab itu, tak ada salahnya mengajak anak bermain permainan tradisional seperti gundu, petak umpet, hingga ketapel. Cobain yuk!
Baca Juga: Keseruan Anak-Anak Bermain Permainan Tradisional di CFD
Kelereng
Kelereng atau gundu adalah suatu alat permainan berbentuk bulat yang terbuat dari bahan kaca. Kelereng ini biasanya transparan yang didalamnya terdapat beberapa warna, sehingga membuatnya menjadi indah. Terkadang juga ada kelereng yang berwarna-warni. Kelereng ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki dan menjadi permainan yang sangat disukai.
Cara memainkan permainan ini ada banyak, salah satunya adalah dengan Anda memilih guci atau kelereng utama. Lalu setelah semua pemain telah memilih guci, maka ada satu orang yang mengumpulkannya dan ngopyok atau mengkocoknya lalu melemparkannya ke dinding.
Yang kelerengnya terlempar paling jauh maka dia yang pertama kali main. Pemain mencoba untuk mengincar kelereng pemain lain, kalau sekali tembakan kena, maka terus bermain dengan mengincar kelereng lawan yang lain.
Kalau dalam tembakannya dia meleset, maka ganti dengan pemain lain setelahnya. Biasanya yang menang akan mendapatkan hadiah berupa kelereng dan jumlah hadiahnya sesuai dengan aturan yang disepakati di awal.
Baca Juga: Cegah Anak Kecanduan Game dengan Kembali ke Permainan Tradisional
Petak umpet
Anak-anak zaman dulu sering sekali memainkan permainan ini karena memang seru. Biasanya dilakukan di sore hari di pelataran rumah atau di kebun.
Petak umpet adalah permainan sederhana yang dilakukan di luar rumah dan dilakukan oleh beberapa anak atau pemain.
Cara memainkannya mudah, yaitu pilih beberapa pemain yang mau ikut, lalu buat aturan permainannya, misalnya tidak boleh bersembunyi terlalu jauh atau bersembunyi di rumah.
Setelah aturan sudah dibuat, maka para pemain berusaha bersembunyi dan berusaha jangan sampai ketahuan, dan ada satu orang yang mencari mereka setelah dia di tutup matanya sambil menghitung sampai 100.
Nah kalau undiannya sudah selesai, “si pencari” harus mengitung waktu mundur dan menutup mata. Rata-rata waktu mundur yang sering digunakan yaitu mulai 30 detik sampai 50 detik, tergantung dari banyaknya pemain yang berpartisipasi.
Sambil “si pencari” menghitung mundur “si pengumpet”. secara bersamaan “si pengumpet” harus sembunyi di tempat-tempat yang sekiranya tidak bisa dilihat sama “si pencari”. Permainan berlanjut hingga seluruh pemain ditemukan, atau pencari kalah.
Engklek
Permainan tradisional engkleng bisa dimainkan oleh anak laki-laki maupun perempuan dengan jumlah 2-5 orang. Cara bermainnya yaitu dengan membuat kotak-kotak pada halaman yang kosong. Kotak yang dibuat bisa berbentuk huruf T, 3 kotak vertikal, kemudian 3 kotak horizontal, 1 kotak vertikal dan 2 kotak horizontal.
Setiap pemain harus melompat melewati setiap kotak dengan menggunakan 1 kaki dan tidak boleh melebihi atau keluar dari garis kotak. Jika ada pemain yang terjatuh atau melanggar, maka harus meletakkan batu di satu kotak terakhir sebagai tanda untuk mengawali giliran selanjutnya.
Ular naga
Permainan ular naga bisa dimainkan minimal oleh 7 orang anak, 2 orang bertugas sebagai penjaga dan sisanya akan berjalan melewati penjaga.
Ketika memulai permainan biasanya di acak dulu dengan hompimpa untuk menentukan siapa 2 orang sebagai penjaga. Sisa pemainnya berbaris dengan saling memegang pundak temannya dan berjalan melewati kedua penjaga.
Permainan ular naga dimulai dengan nyanyian lagu daerah atau lagu-lagu pilihan lainnya. Ketika lagu berhenti, penjaga akan menangkap salah satu orang dan yang tertangkap harus keluar dari permainan. [Rosalin Febriyanti]