Suara.com - Universal Studio dan film Crazy Rich Asian. Bicara soal Singapura, kedua hal tersebut pasti kerap muncul di pikiran kita.
Memasuki hari kedua di Singapura, tim Suara.com pun bangun dengan semangat yang cukup menggebu. Bagaimana tidak, hari ini kami mendapat kesempatan untuk berada lebih dekat dengan dua hal ikonik yang telah disebutkan di atas.
Selain karena rasa kuriositas, Universal Studio juga merupakan salah satu rekomendasi wisata di Pulau Sentosa yang terdaftar dalam aplikasi Agoda.
Menginap di Village Hotel Sentosa, kami mendapat keuntungan untuk bisa mencapai Universal Studio lebih cepat.
Ya, cukup dengan naik monorail sekali dari Imbiah Station menuju Resorts World Station, maka Universal Studio pun sudah ada di depan mata.
Memasuki area depan, jangan terkejut melihat banyaknya turis yang sudah berkerumun. Walau Universal Studio baru dibuka pukul 10.00 waktu Singapura, euforia turis berbagai usia agaknya sudah tak terbendung.
Tim Suara.com sendiri menyarankan kamu untuk datang lebih awal. Sembari menunggu, kamu bisa mencicipi aneka stand kuliner yang ada juga berfoto dengan logo Universal Studio yang ikonik tersebut.
Satu hal lagi yang perlu diingat, ada kocek cukup mahal yang perlu dikeluarkan untuk berkunjung kemari. Harga tiket Universal Studio Singapore terbaru adalah 79 SGD (Rp 810.000) untuk dewasa dan 49 SGD (Rp 500.000) untuk anak.
Meski begitu, tiket ini sendiri bisa dibilang sebanding dengan pengalaman yang didapatkan. Tak cuma aneka wahana, Universal Studio juga punya banyak spot foto Instagramable yang membuatmu enggan cepat-cepat pergi.
Di sini, tim Suara.com sendiri memulai perjalanan dari area Hollywood yang penuh pertokoan dan restoran.
Kemudian, ada pula area Madagascar, Far Far Away, The Lost World, Ancient Egypt, Sci-Fi City, dan New York.
Bagi kamu yang menyukai wahana ekstrem, maka Ancient Egypt dan Sci-Fi City bisa menjadi pilihan.
Bukan sembarangan, roller coaster yang ada di kedua area ini benar-benar akan menguji nyali dan mentalmu serta memberikan aneka kejutan tak terduga.
Sementara, bagi kamu yang suka berfoto-foto, maka area New York dan Hollywood menjadi rekomendasi utama dari kami.
Puas mencoba beberapa wahana, berfoto, sekaligus mengintip aneka suvenir yang ada, kami pun beranjak ke tujuan berikutnya.
Terletak cukup jauh, kali ini kami harus berpindah naik MRT untuk mencapai daerah City Hall di Singapura atau tepatnya di gedung CHIJMES.
Ya, berbekal salah satu rekomendasi dari Agoda, kami bersiap untuk mengikuti Crazy Rich Asians Tour.
Bagi kalian penggemar buku maupun filmnya, pasti kalian sudah tahu jika lokasi pengambilan gambar film ini mayoritas berada di Singapura.
Maka, lewat tur dari Monster Day Tours ini, kami pun bersiap untuk mengunjungi tiap lokasi syuting Crazy Rich Asian sekaligus memahami sejarah di baliknya.
Lokasi pertama, CHIJMES, merupakan tempat di mana tokoh Colin dan Araminta melangsungkan pernikahan mereka.
Ya, CHIJMES atau Convent of the Holy Infant Jesus Middle Education School adalah sebuah gedung katedral yang digunakan dalam pernikahan di Crazy Rich Asians.
CHIJMES sendiri rupanya dulu digunakan sebagai sekolah agama sekaligus panti asuhan. Meski begitu, sekarang katedral ini lebih sering digunakan untuk acara pernikahan atau keperluan lainnya.
Gedung katedral CHIJMES sendiri rupanya punya sejarah cukup panjang, terlihat dari arsitekturnya yang unik.
Pada akhir 1941-1942, katedral ini sempat mengalami pengeboman saat Perang Dunia 2 hingga menghancurkan bangunan yang ada.
Untunglah, katedral CHIJMES lantas kembali direkonstruksi dan difungsikan. Bahkan, di masa sekarang, CHIJMES pun turut menjadi ruang publik yang nyaman untuk bersantai.
Tepat di seberang katedral, pengunjung CHIJMES bisa menemukan aneka restoran yang berjajar.
Selain itu, ada pula beberapa beanbags untuk bersantai.
Selepas dari CHIJMES, kami pun beranjak menuju lokasi selanjutnya. Kontras dengan CHIJMES yang dapat digunakan sebagai ruang publik, lokasi selanjutnya sukses membuat kami terpana.
Ya, penggemar Crazy Rich Asians pasti sudah tidak asing dengan kamar mewah yang dipakai Rachel dan Nick menginap saat ada di Singapura.
Kamar itu sendiri rupanya berada di Raffles Hotel, sebuah hotel bersejarah yang hanya memiliki 22 kamar suites dan ditujukan untuk orang-orang berkantong tebal di Singapura.
Tak heran, harganya saja mencapai 14.000 SGD (143 juta rupiah) per malamnya. Wow!
Sesuai namanya, hotel ini merupakan bangunan peninggalan dari Thomas Stamford Raffles, founding father dari Singapura.
Di hotel ini, wisatawan juga dapat menemukan sebuah bar bergaya kuno yang disebut Long Bar.
Berbeda dari bar lainnya, minuman alkohol di sini dicampur dengan menggunakan mesin yang masih tradisional. Bahkan, kipas angin yang ada pun masih bergaya kolonial.
Sementara di lantai pertama, kami diajak berkunjung ke toko suvenir yang juga merangkap museum untuk Raffles Hotel ini.
Di sini, semua sejarah Raffles Hotel dapat ditemukan begitu pula halnya dengan foto-foto kamar suite kuno dan aneka pernak-pernik yang digunakan para bangsawan zaman dulu.
Tak cuma bangsawan, artis kenamaan seperti mendiang Michael Jackson pun rupanya pernah menginap di hotel bertarif 'selangit' ini.
Selepas dari Raffles Hotel, kami diajak menyisiri kota Singapura naik mobil dan mendatangi daerah Kantong serta Joo Chiat.
Ya, kedua daerah ini memang sudah kami kunjungi sebelumnya karena merupakan salah satu tempat wisata yang direkomendasikan Agoda.
Namun, daerah peranakan ini rupanya berhubungan erat dengan Crazy Rich Asians. Di sini, kami diajak melihat-lihat sejarah peranakan China-Malaysia yang menjadi latar belakang para tokoh cerita di dalam film.
Tak hanya itu, sentra pembuatan kue tradisional peranakan bernama Rumah Kim Choo juga dapat ditemukan di sini.
Travelers pastinya ingat bukan, dengan kue-kue aneka warna nan tradisional yang disajikan dalam pesta keluarga Young dalam film Crazy Rich Asians?
Perjalanan tak usai sampai di sana. Dari Katong dan Joo Chiat, kami kembali diantar ke area Singapore River dan Fullerton Hotel.
Area ini mungkin memang tidak seikonik Marina Bay Sands yang muncul di penghujung film. Namun, di sini pula, kami mendapat pengalaman berkesan yang tidak terbayang sebelumnya.
Mengandung sejarah panjang Singapura, wisatawan dapat mengarungi sungai ini sembari naik kapal yang memiliki desain cukup unik, yaitu bagian depan kapal yang dilukis mirip kepala ikan.
Rupanya, hal ini dimaksudkan karena bagian depan kapal harus selalu siap sedia untuk melihat lebih dulu bahaya serta ancaman yang datang.
Dalam film, kapal berwarna hijau itu sendiri dapat dilihat dalam salah satu scene yang menampilkan panorama Singapura. Masih ingat dengan scene tersebut?
Puas berfoto dan menikmati panorama sungai, kami diajak menyeberang sedikit ke bangunan Fullerton Hotel yang tampak begitu mewah.
Menggabungkan aspek sejarah dan hotel bintang lima yang elegan, memasuki lobi hotel ini membuat kami merasa bagai seorang Crazy Rich Asians walau barang sejenak.
Namun, siapa sangka jika bangunan mewah bak istana tersebut ternyata dulu adalah kantor pos pusat di Singapura sekaligus titik nol sang Negeri Singa.
Ya, tempat ini merupakan saksi bisu sejarah perdagangan dan surat-menyurat di Singapura. Mirip seperti Raffles Hotel, di sini kami bisa melihat museum yang tergabung dengan fasilitas hotel kelas atas.
Bahkan, wisatawan yang berkunjung kemari juga akan mendapat kesempatan untuk mengirim kartu pos kepada siapa pun, tak peduli di negara mana penerima kartu pos itu berada.
Kami pun diberi kesempatan untuk menulis selembar kartu pos, yang lantas dialamatkan kepada diri kami sendiri. Selesai menulis, kartu pos tersebut lantas akan ditempeli perangko dan distempel sebelum dimasukkan ke dalam kotak pos merah pertama yang ada di Singapura.
Sampai di sini, travelers pasti bertanya-tanya apa hubungannya Fullerton Hotel dengan film Crazy Rich Asians.
Nah, perlu kalian tahu, Fullerton Hotel ini rupanya merupakan salah satu hotel yang menyediakan jasa antar-jemput tamu dengan menggunakan limosin milik Rolls Royce.
Ya, di Crazy Rich Asians sendiri, penampakan aneka mobil mewah tentunya sudah tak asing.
Dengan berkunjung ke Fullerton Hotel, kami pun bisa melihat interior mobil Rolls Royce tersebut secara langsung sekaligus mempelajari sejarah Singapura pada saat yang sama.
Tur Crazy Rich Asians sendiri baru berakhir menjelang pukul 19.00 waktu Singapura, kurang lebih 4 jam lamanya dari titik mula.
Di akhir tur, kami diajak berjalan kaki hingga mencapai area Fullerton Waterfront.
Masih berada satu lingkup dengan Marina Bay Sands, di sini kami dimanjakan dengan angin sore yang sepoi, pemandangan Marina Bay dan Singapore Flyer, hamparan air biru nan tenang, juga ikon Singapura di Merlion Park.
Bisa dibilang, perjalanan 4 jam kami di hari ini berakhir dengan perasaan puas sekaligus kagum akan setiap sudut serta arsitektur menawan kota Singapura.
Ya, siapa sangka, jika di balik bangunan-bangunan mewah tersebut, ada sejarah panjang yang tersimpan?
Bagaimana? Travelers tertarik untuk menyisiri Singapura seperti tim Suara.com dan mengakhirinya dengan panorama matahari terbenam sembari bersantai di Marina Bay?