Menerapkan Slow Living di Tengah Geliat Zaman yang Serba Cepat

Kamis, 18 Juli 2019 | 12:00 WIB
Menerapkan Slow Living di Tengah Geliat Zaman yang Serba Cepat
(Pixabay Tama66)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Slow Living, seni bertahan hidup sekaligus antitesis bagi kehidupan modern yang serba cepat ini kian digemari masyarakat penghuni wilayah padat populasi.

Masyarakat yang menjalaninya, lebih berani menggunakan waktu untuk mengoptimalkan aktivitas mereka dengan lebih baik tanpa harus tergesa-gesa.

Seseorang yang menjalani pola hidup Slow Living cenderung lebih berhati-hati dan tenang dalam menjalani keseharian, alih-alih terburu-buru dan agresif di tengah geliat zaman yang serba instan.

Bertolak dari satu persoalan yang sama, bahwa segala hal yang cepat tak melulu memberikan efek positif pada peningkatan kualitas hidup, Slow Living perlahan diterapkan pada banyak aspek kehidupan lainnya.

Beberapa di antaranya dihimpun Suara.com di sini. Apa saja?

Slow Work

Sebuah penelitian menyebut mereka yang bekerja sembari diburu waktu cenderung tak dapat menumpahkan kreativitas dan ide-ide segar secara optimal.

Slow Work menjadi jawaban atas hal tersebut. Pada praktiknya pola kerja ini tak bermaksud menjustifikasi untuk bermalas-malasan. Justru sebaliknya mendorong setiap orang untuk fokus menghasilkan kreasi yang berkualitas.

Slow Food

Pasca kemunculan makanan cepat saji yang menjalari dunia, tahun 1986, sejumlah aktivis mindful eating yang diprakarsai Carlo Petrini di Italia, memimpin gerakan Slow Food.

Gerakan ini menganggap makanan cepat saji merugikan bisnis peternakan dan perkebunan lokal.

Lebih jauh, esensi masyarakat dalam mengolah dan mengonsumsi makanan pun turut berubah.

Produsen fast food juga digugat sebab menurunkan jumlah nutrisi asli makanan, menyebabkan konsumennya mengalami bermacam gangguan pencernaan dan obesitas.

Slow Eating

Gerakan ini mengkampanyekan konsumen untuk dapat mengunyah makanan secara perlahan guna memastikan makanan yang dilumat hancur seratus persen saat dicerna tubuh.

Teknik melumat makanan secara perlahan juga dapat membantu melancarkan sistem pencernaan dan memperbaiki penyerapan nutrisi.

Slow Parenting

Orang tua yang menerapkan gaya asuh ini akan membiasakan anaknya untuk lebih bersabar dalam memperoleh apa pun yang mereka inginkan.

Kesadaran yang dipupuk sejak dini tersebut akan berpengaruh pada peningkatan kecerdasan emosi (EQ) anak seiring mereka beranjak dewasa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI