Suara.com - Bukan Amerika Serikat namanya, jika tidak serba kebakaran jenggot ketiban panik saat mengendus apa pun yang berbau 'ancaman'.
Amerika Serikat barangkali tidak sendirian dalam hal ini, sebab kiwari, banyak negara tak terkecuali Indonesia, begitu alergi dengan segala sesuatu yang dianggap membahayakan stabilitas negara. Bahkan sumpah serapah dan anggapan warganya soal pemerintah di media sosial dapat berujung penjara.
Dan di antara deretan negara tersebut, Amerika Serikat boleh dibilang yang 'terparno' di antara yang 'terparno'.
Tak salah, jika melihat bagaimana reaksi otoritas AS yang kelabakan dengan ancaman invasi Area 51, tempat latihan angkatan udara AS yang juga dikenal sebagai kawasan rahasia di Negeri Paman Sam, belum lama ini.
Narasi yang dibangun pemerintah Amerika Serikat soal tempat yang dimitoskan ini kelewat membuat penasaran tak sedikit pengagum teori konspirasi.
Area 51 disebut tak hanya sekadar tempat pelatihan angkatan udara AS namun juga kawasan penelitian bangkai alien dan kendaraan anomalinya nan tersohor, UFO.
Desas desus ini kian mengeras tatkala Pentagon mengklaim, pada tahun 2017 sebuah kucuran dana segar sebesar 22 juta dollar AS atau setara Rp 306 miliar diambil dari pajak negara hanya demi mendalami serba-serbi UFO dan alien.
Kadung penasaran, seorang pengguna Facebook, Jack Barnes setengah iseng memprakarsai sebuah event bernama "Storm Area 51, They Can’t Stop All of Us" yang mendapatkan likes dari sekitar 86 ribu netizen.
Event tersebut sedianya hendak mengumpulkan ribuan orang yang tertarik untuk berkumpul di Armagosa Valley, Nevada pada tanggal yang ditentukan.
Dari titik keberangkatan, mereka berniat menggeruduk Area 51 demi memperoleh kebenaran desas desus terkait operasi rahasia UFO dan alien di kawasan tersebut.