Bunga Citra Lestari Naik Kapal Pinisi, Ini Sejarah Kapal Tangguh Khas Bugis

Jum'at, 12 Juli 2019 | 15:30 WIB
Bunga Citra Lestari Naik Kapal Pinisi, Ini Sejarah Kapal Tangguh Khas Bugis
(Instagram bclsinclair)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bunga Citra Lestari bersama sang suami, Ashraf Sinclair dan buah hati semata wayangnya, Noah Sinclair tengah menghabiskan liburan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Dalam unggahan akun Instagram @bclsinclair, pelantun tembang 'Memilih Dia' ini tampak menyisir kelindan pesona perairan Labuan Bajo nan menakjubkan bersama kapal pinisi besutan Cordelia Phinisi milik selebritis, Titi Radjo Bintang.

Seperti diketahui, bisnis kapal pinisi hari ini memang tengah digandrungi banyak pengusaha Indonesia.

Pilihan wisata dengan kapal pinisi pun jadi alternatif liburan yang seru bagi banyak keluarga di Tanah Air.

Namun tahukah kamu, kapal tangguh buah karya masyarakat Bugis ini punya sejarah panjang yang begitu mengagumkan?

(Instagram bclsinclair)
(Instagram bclsinclair)

Tak banyak yang tahu, kapal tangguh simbol keperkasaan unit Maritim Nusantara ini mulanya diciptakan dari puing-puing pecahan kapal.

Merunut beberapa sumber, sejarah pinisi bermula pada abad ke-14, ketika kapal putra mahkota Kerajaan Luwu, Sawerigading yang baru berpulang dari negeri China, terbelah menjadi tiga akibat hantaman ombak nan dahsyat.

Konon, puing kapal Sawerigading terdampar ke tiga desa berbeda, Desa Ara, Lemo-lemo dan Tanjung Bira. Oleh masyarakat dari tiga desa setempat, puing-puing tersebut kemudian dirakit kembali menjadi sebuah kapal.

Sementara masyarakat desa Ara membuat badan kapal, masyarakat Lemo bertugas merakit kapal dan warga Bira merancang kapal hingga berhasil dibangun kembali menjelma Pinisi.

Ilutrasi sebuah kapal pinisi di perairan sekitar Pulau Komodo, Manggarai Barat, NTT (Shutterstock).
Ilutrasi kapal pinisi menyisir perairan Labuan Bajo (Shutterstock).

Seiring berjalannya waktu, desain kapal ini kemudian diadaptasi dan digunakan masyarakat Bugis untuk berlayar dan berdagang ke berbagai penjuru mata angin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI