Suara.com - Nyaris setiap hari, kuil Tokyo Daijingu disesaki pengunjung dari segala penjuru.
Kuil dengan pengunjung lintas gender ini disesaki mereka yang memanjatkan doa, berharap jodoh dan hubungan yang kian langgeng dengan pasangan.
Sejak kuil ini ditrahkan sebagai lokasi pernikahan Putera Mahkota Yoshito (yang selanjutnya menjabat Kaisar Taisho) pada tahun 1990, masyarakat Jepang berbondong-bondong mendatangi kuil Tokyo Daijingu, dengan keyakinan tuah baik akan menghampiri perjalanan asmara mereka.
Sejumlah ritual pun harus dilakukan sebelum doa dan pengharapan dipanjatkan.
Baca Juga: Pesona 4 Kuil Legendaris di Jepang, Salah Satunya Penangkal Iblis
Para pengunjung kuil Tokyo Daijingu wajib terlebih dahulu melakukan ritual membersihkan diri di sebuah mata air tak jauh dari kuil.
Setelahnya, para pengunjung diarahkan membeli potongan kayu ema, bertuliskan harapan dan doa, serta Omamori yang diyakini sebagai jimat cinta.
Ada pula yang membeli tongkat kayu dan meninggalkannya di kuil, berharap para dewa menyambut niatan baik mereka.
Menyambangi kuil Tokyo Daijingu, para pengunjung dapat melakukan perjalanan menggunakan kereta tujuan Lidabashi.
Baca Juga: Menyibak Kemegahan Kuil Sanctuary of Truth di Pattaya Thailand