Begini Cara Komunitas East Cartel Lawan Stigma Grafiti

Sabtu, 29 Juni 2019 | 10:32 WIB
Begini Cara Komunitas East Cartel Lawan Stigma Grafiti
Komunitas East cartel. (Instagram/@eastcartel)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belum lama ini, kota Depok dihebohkan oleh aksi kawanan remaja pelaku vandalisme 'cabul'. Mereka mencoret dinding ruko, kendaraan sampai pos polantas dengan gambar-gambar sederhana namun tak senonoh.

Hal tersebut tentu saja membuat warga Depok resah, tak terkecuali para pegiat seni grafiti.

"Coret-coret bukan bagian dari kami (grafiti) tapi memang susah dilepaskan dari stigma tersebut," kata Nala Ras dari komunitas grafiti East Cartel saat dihubungi Suara.com, Jumat (28/6/2019).

Grafiti sendiri merupakan coretan-coretan. Biasanya di dinding dan memiliki komposisi warna, garis, bentuk, serta volume untuk menuliskan kata, simbol, atau kalimat tertentu.

Baca Juga: Yuk, Melestarikan Karya Sastra di Komunitas Kelas Puisi !

Salah satu karya grafiti. (Instagram/@eastcartel)
Salah satu karya grafiti. (Instagram/@eastcartel)

Secara tersurat, grafiti memang sangat berbeda dengan coretan asal yang biasa ditemui di jalanan. Tapi sayangnya, perbedaan tersebut kadung tipis, sampai membuat masyarakat sulit memisahkan grafiti dan vandalisme.

Apalagi keduanya, baik coret-coret dan grafiti, sama-sama berasal dari seni jalanan. Tapi Nala mengklaim bahwa sekadar 'coret-coret' bukan bagian dari grafiti.

"Grafiti akan lebih ke gaya. Kami mengakui di forum, tidak suka dengan hal seperti itu. Itu (coret-coret) bagi kami memang hanya orang iseng yang cari sensasi, dan itu bukan bagian dari kami," tambahnya.

Dalam upaya secara perlahan menghapus stigma tersebut, Nala bersama enam rekannya yang lain membentuk komunitas grafiti yang diberi nama East Cartel.

Anggota Komunitas East Cartel sedang asyik berkarya seni di dinding. (Instagram/@eastcartel)
Anggota Komunitas East Cartel sedang asyik berkarya seni di dinding. (Instagram/@eastcartel)

"East Cartel berdiri baru hampir dua tahun. Masih baru dibanding komunitas (grafiti) lain di luar sana," tambah ayah dari dua anak tersebut.

Baca Juga: Rajin Ikut Riding, Begini Komentar Komunitas Motor Soal Gus Miftah

Ia dan komunitas yang dibentuk berusaha 'menjawab kegelisahan untuk mereka yang ingin mengenal grafiti lebih jauh'. Selain itu, East Cartel juga ingin menjadi menjalin hubungan hangat dengan komunitas grafiti lain yang ada di luar sana.

Latar belakang anggota komunitas juga beragam mulai dari pelajar SMP hingga pekerja kantoran. Meski begitu, Nala Ras mengakui rata-rata para pegiat grafiti di komunitasnya memiliki latar belakang pendidikan DKV atau desain.

Komunitas East Cartel saat melakukan kegiatan kreatifnya. (Instagram/@eastcartel)
Komunitas East Cartel saat melakukan kegiatan kreatifnya. (Instagram/@eastcartel)

"Tapi tidak menutup kemungkinan dari seni rupa. Saya sendiri seorang arsitek, tapi bekerja di dunia desain tidak menutup kemungkinan profesi semua bidang pendidikan ada di sini," jelasnya panjang lebar.

Beberapa kegiatan yang biasa dilakukan adalah sketching bersama hingga berkumpul dengan komunitas lain dalam satu agenda besar.

Untuk bisa bergabung dengan komunitas East Cartel, Nala mengatakan tak ada syarat dan formulir yang harus diisi. "Semua orang bisa bergabung dan ikut serta. Ikut main-main, ngobrol-ngobrol, kita bukan organisasi yang sifatnya formal," urainya.

Informasi lebih jauh mengenai kegiatan terkini East Cartel dapat dipantau melalui sosial media resmi mereka di Instagram @eastcartel.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI