Suara.com - Fenomena embun dingin nan membekukan tanaman warga Dieng ini biasa terjadi pukul 04.00 hingga 05.30 WIB, saat musim kemarau yang dimulai dari bulan Mei.
Masyarakat setempat menyebutnya embun upas, atau embun beracun dalam istilah setempat.
Saat embun upas menghampiri lahan warga, lapisan es akan menyelimuti tanaman, tanpa terkecuali.
Seluruh kawasan Dieng yang berada di ketinggian 2 ribu mdpl menjadi begitu dingin dan mencekat. Bahkan suhu dingin di kawasan Dieng dapat mencapai 0 derajat celcius.
Baca Juga: Suhu Dingin Ekstrem Bikin Banyak Mobil Mogok di Dieng, Solar Membeku
Kehadiran embun upas bak dua sisi mata koin yang tak terpisahkan, memberikan dampak negatif di satu sisi, namun juga tak menampik keindahan musiman yang disuguhkannya.
Saat embun upas menyelimuti Dieng, banyak tanaman warga yang rusak akibat begitu basah, membeku lantas mati.
Tanaman kentang berusia kurang dari 60 hari misalnya, akan seketika mati dilanda embun upas. Tentu saja fenomena ini merugikan para petani.
Sementara di sisi yang lain, embun upas juga menawarkan keelokan lanskap alamnya yang begitu memesona. Ketika embunnya nan membekukan tanaman, kerap jadi incaran para pemburu foto.
Sebab tak sedikit wisatawan yang memanfaatkan lanskap Dieng berselimut Embun Upas sebagai latar foto ala musim dingin, potensi wisata ini kemudian dikemas dalam acara tahunan Dieng Culture Festival tiap bulan Agustus yang menarik minat wisatawan dari berbagai daerah.
Baca Juga: Geger Fenomena Bun Upas di Dekat Candi Arjuna Dataran Tinggi Dieng
Saat festival ini digelar, musim kemarau berada di puncaknya sekitar Juli hingga Agustus, embun upas nan cantik menawarkan kelindan pesonanya yang menawan sekaligus mematikan.