Sepi Peminat, Begini Cara Menarik Milenial Berwisata Sejarah dan Budaya

Minggu, 23 Juni 2019 | 08:30 WIB
Sepi Peminat, Begini Cara Menarik Milenial Berwisata Sejarah dan Budaya
Ilustrasi traveling milenial [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sepi Peminat, Begini Cara Menarik Milenial Berwisata Sejarah dan Budaya

Tak bisa dipungkiri, wisata adventure lebih menantang bagi generasi milenial ketimbang menjelajah wisata sejarah dan budaya. Padahal, Indonesia memiliki wisata sejarah dan budaya yang tak terhingga, seperti berkunjung ke museum atau mempelajari tradisi leluhur.

Di tengah tingginya minat generasi milenial untuk melakukan wisata adventure, wisata sejarah kian sepi peminat. Untuk mengatasi rendahnya minat milenial wisata sejarah dan budaya, Executive Director Markplus Center Tourism and Hospitality, Nalendra Pradono memiliki beberapa ide untuk menarik milenial melakukan wisata sejarah dan budaya. Bukan hanya yang ada di Indonesia tetapi juga di belahan dunia mana pun.

“Pertama kita harus melihat trennya dulu. Misalnya untuk tren wisata pada 2020, ada sekitar 300 juta youth trip secara global. Nah, ini juga harus ditangkap oleh destinasi yang mau merebut pasar ini. Tentu tak hanya dari segi produk tetapi kemasannya juga harus disesuaikan untuk milenial. Khususnya bagi pelaku wisata sejarah yang selama ini wisatanya dia anggap spooky,” ungkap Nalendra Pradono kepada Suara.com saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, belum lama ini.

Baca Juga: Banyak Kasus Turis Meninggal saat Wisata, Ini 4 Tips Aman Saat Liburan

Kedua, sambungnya, pelaku wisata harus mengenali karakter dan keinginan milenial. Apa sih keinginan milenial? Pastinya melenial itu tech savvy dan digital savvy. Kalau mereka terkesan, mereka pasti akan sharing di media sosial dan sebagainya.

“Maka, destinasi (sejarah dan budaya) itu pun harus siap dengan itu. Hal yang paling mudah dilakukan adalah menyediakan tempat-tempat selfie yang menarik buat mereka,” jelasnya.

Selanjutnya untuk menarik minat milenial wisata sejarah dan budaya tentunya juga tidak menghilangkan nilai otentik dari objek wisata itu sendiri. Jadi bagaimana destinasi itu bisa mengemas sumber daya dan daya tariknya sehingga bisa menonjolkan sisi otentik kepada teman-teman milenial.

“Kunci utamanya tetap bagaimana kemasannya dibuat menarik bagi melenial. Lewat teknologi pastinya. Kalau kita liat di luar negeri mereka sudah pakai VR, kemudan juga ada QR code. Jadi nggak hanya lewat bacaan saja untuk mengerti sejarah, tapi juga lewat rasa. Jadi interpretasinya yang bisa dimodivikasi agar milenial tertarik mengetahui sejarah,” imbuhnya.

Baca Juga: Jadi Wisata Ikonik Sukabumi, Ini 4 Fakta Jembatan Gantung Situgunung

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI