Bukan Cuma Tradisi, Ini Fakta Miris Tato Wajah Perempuan di China

Sabtu, 22 Juni 2019 | 17:30 WIB
Bukan Cuma Tradisi, Ini Fakta Miris Tato Wajah Perempuan di China
Ilustrasi tato wajah. (Unsplash/Ana Sadli)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi suku atau kelompok minoritas yang tinggal di daerah pedalaman, tato kerap menjadi bagian dari tradisi hingga identitas diri.

Di China, hal tersebut berlaku bagi kaum minoritas Du Long, Dai, dan Li yang punya tradisi tato wajah bagi perempuan.

Dikutip dari penjelasan fotografer dan traveler Cameron Hack lewat UNILAD, disebutkan bahwa tato dalam budaya kelompok minoritas Li menyimbolkan status sosial.

Awalnya, tato di wajah tersebut menunjukkan bahwa seorang perempuan sudah cukup umur untuk menikah.

Baca Juga: Bikin Merinding, Inilah Suku Konyak India Pemburu Kepala Manusia

Sayang, seiring berjalannya waktu, makna dan fungsi tato itu bergeser serta malah berubah miris.

Menurut generasi terakhir perempuan di Li yang masih memiliki tato wajah, fungsi tato tersebut bergeser menjadi alat perlindungan diri pada masa penjajahan Jepang.

"Bukan cuma kebanyakan gadis saat itu menginginkan tato, kami membutuhkannya untuk tetap aman. Ketika aku masih kecil, sekitar 12 tahun, aku melihat tentara Jepang di Hainan sini. Mereka tinggal beberapa saat dan melakukan hal-hal buruk," kata salah satu perempuan yang diwawancarai Cameron Hack.

"Orang Jepang tidak suka perempuan yang bertato di kulit, jadi mereka tidak mengganggu kami."

Tato itu sendiri diberikan dengan cara yang menyakitkan, yaitu lewat duri pohon yang ditusukkan ke kulit. Selain itu, proses membuat tato ini dilakukan berkali-kali dan butuh waktu sekitar seminggu sebelum sembuh.

Baca Juga: Uniknya Rumah Tabung Suku Hakka di China, Pertahankan Tradisi

Meski begitu, hal ini tetap dilakukan karena perempuan yang bertato dianggap "jelek" sehingga tidak akan diculik, dijual, atau diperkosa tentara Jepang.

Sekarang, walau puluhan tahun sudah berlalu, tato-tato tersebut pun masih tampak menghiasi wajah para perempuan berusia lanjut di kelompok minoritas ini.

Untunglah, seiring dengan perkembangan zaman serta pergantian pemerintahan, kebutuhan untuk menato wajah perempuan kini tak lagi dibutuhkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI