Suara.com - Setelah Barbie Kumalasari blak-blakan soal kehidupan seksualnya, Galih Ginanjar turut membongkar perkara ranjang di saluran YouTube Rey Utami & Benua.
Galih Ginanjar pun sempat menceritakan kehidupan seksualnya di masa lalu dengan mantan istrinya. Dia mengibaratkan masalah ranjangnya dengan mantan istri layaknya mengonsumsi ikan asin setiap hari.
"Kalau yang onoh, lu tahu kan, kayak buka tudung saji 'yah, ikan asin, tutup lagi' gitu. Bayangin kayak gimana?" ujar Galih Ginanjar.
"Ya, akhirnya merem aja. Ya udahlah yang penting tersalurkan, makanya cuman 15 menit," kata dia lagi.
Baca Juga: Galih Ginanjar Sebut Miss V Bau Ikan Asin, Kenali 5 Macam Bau Organ Intim
Galih Ginanjar mengaku tidak bisa menegur mantan istrinya ketika masih berumah tangga dulu karena takut membuat kepercayaan diri pasangan menurun. Ia memilih langsung membawa mantan istri ke dokter spesialis untuk memastikan penyebab bau pada organ intim.
"Dokter yang bilang sih katanya jamur, terus juga nggak bersih, ya mungkin karena pindah sana, pindah sini," tambahnya.
Terlepas dari bagaimana kebenarannya, apa yang diungkapkan Galih Ginanjar bisa dibilang sama dengan mengumbar kejelekan mantan istri. Namun, perlukah hal itu dilakukan?
Mengutip dari ScaryMommy, setidaknya ada lima poin tentang mengapa Anda tidak seharusnya berbicara buruk soal mantan, bahkan saat Anda benar-benar kesal sehingga ingin membongkar semuanya.
1. Anak Anda membawa sebagian dari DNA mereka
Baca Juga: Bandingkan Seks Barbie Kumalasari dengan Eks Istri, Suami: Limabelas Menit!
Memang tidak ada penelitian yang mengatakan soal 'pembagian' DNA ini. Namun, setiap orang pada dasarnya memiliki kepribadian menarik. Anak Anda juga punya sifat positif dan negatif. Jadi ketika Anda menjelakkan mantan pasangan, dampaknya tidaklah baik.
Perkataan negatif tentang orang tua mereka bisa membuat anak-anak secara tidak sadar ikut merasa buruk dan bertanya, "Apakah aku juga orang yang tidak baik?"
2. Anda sendiri yang memilih sang mantan di masa lalu
Betapa pun buruknya dia, ingatlah bahwa dulu Anda sendiri yang memilihnya dan kemudian memutuskan hidup bersama. Walau akhirnya tidak seperti yang diharapkan, setiap pilihan tentu memiliki konsekuensi, termasuk hal paling buruk yang kemudian membuat kalian berpisah.
3. Tanpa dia, bisa jadi tidak akan ada mereka yang Anda cintai saat ini
Hampir mirip dengan poin pertama, tapi ini lebih tentang bersyukur telah memilih kebahagiaan lain di sekitar Anda saat ini. Mungkin Anda berharap sang mantan tidak pernah dilahirkan atau berharap tidak pernah bertemu dengannya sejak awal.
Namun, coba pikirkan lagi, terutama bagi Anda yang memiliki anak dari hasil hubungan dengan mantan pasangan. Jika tidak ada si mantan, tak ada pula anak-anak lucu yang sekarang menjadi kekuatan Anda bertahan.
4. Anda menjadi sosok yang lebih dewasa
Setelah berpisah atau bercerai, tentu hidup Anda bakal terus berjalan dan berkembang. Jika Anda perhatikan baik-baik, ada banyak hal yang pantas disyukuri, minimal karena sudah tidak perlu lagi merasa muak tersakiti dan berdebat dengan orang yang sama setiap hari.
Meredakan kemarahan dan kekecewaan terhadap mantan memang bukan hal mudah. Namun, Anda berhak bahagia tanpa harus mengungkit keburukannya lagi, terlebih di depan orang lain.
5. Suatu hari nanti, anak-anak pasti akan tahu
Masih dalam artikel ScaryMommy, sang penulis menyebutkan bahwa dirinya juga telah berjuang untuk bangkit setelah berpisah dari mantan pasangan. Dia pun mengatakan bahwa dirinya dibesarkan oleh seorang ibu tunggal.
Menurut penulis, anak-anak pada akhirnya akan tahu sendiri seperti apa sifat orang tua mereka, mungkin saat usia 10 tahun, 18 tahun, atau setelah melebihi umur itu. Mereka bisa melihat sosok mantan pasangan Anda sekaligus orang tua biologis mereka itu secara lebih obyektif.
Anda tidak harus berbicara buruk tentang kejelekan mantan pasangan karena suatu hari nanti anak-anak bakal mencari tahu sendiri, entah itu sisi baik maupun buruknya.
Nah, kembali lagi soal betapa blak-blakan seorang Galih Ginanjar tentang kehidupan seksualnya dengan mantan istri. Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda juga pernah melakukan hal yang sama saking kesalnya dengan kelakuan mantan di masa lalu?