Suara.com - Sommaroy, sebuah pulau di Norwegia yang terletak di daerah Lingkar Arktik, baru-baru ini melakukan kampanye untuk menghapuskan konsep waktu dalam kehidupan mereka.
Lewat kampanye tersebut, penduduk Sommaroy menyatakan bahwa mereka ingin bisa melakukan beraktivitas dengan motto "apa yang kami mau, kapan yang kami mau".
Hal ini tentu berkebalikan dari mayoritas negara-negara lain di dunia, yang bergantung pada konsep waktu untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Meski begitu, penduduk Sommaroy ternyata punya alasan mengapa mereka ingin menghapus konsep waktu. Ini dikarenakan mereka yang tinggal di Sommaroy tidak merasakan pergantian waktu layaknya orang-orang lain di dunia.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Fosil Kapal Viking di Norwegia
Sebagai daerah yang terletak di lingkar Arktik, penduduk Sommaroy mengalami matahari yang tidak terbenam di musim panas dan kegelapan total di musim dingin.
Contohnya adalah pada 18 Mei hingga 26 Juli nanti, ketika matahari tidak terbenam selama 60 hari dan membuat warga kesusahan membedakan pagi dan malam, seperti dikutip dari The Independent.
Maka dari itu, penduduk Sommaroy pun merasa jika mereka pantas mendapat fleksibilitas dan dibebaskan dari zona waktu yang berlaku.
"Di seluruh dunia, banyak orang yang dikarakterisasikan dengan stres dan depresi," ujar Kjell Ove Hveding, pemimpin kampanye Time-Free Zone.
"Dalam banyak kasus ini bisa dihubungkan dengan perasaan terperangkap, dan di sini, jam merupakan sesuatu yang berperan (menimbulkan stres). Kami akan menjadi daerah yang bebas-waktu di mana semua orang bisa hidup bebas."
Baca Juga: Norwegia Negara Paling Bahagia Sedunia, Indonesia?
Meski begitu, ini bukan berarti orang-orang di Sommaroy lantas tak perlu sekolah dan bekerja.
"Anak-anak masih harus sekolah, tapi ada ruang untuk fleksibilitas. Mereka tidak perlu dimasukkan ke dalam kotak bernama jam sekolah atau jam kerja," lanjutnya. "Jika kau ingin memotong rumput pukul 4 pagi, maka lakukanlah."
Tak hanya itu, tanpa penghapusan konsep waktu pun, warga Sommaroy sebenarnya sudah biasa bermain bola, berenang, hingga mengecat rumah pukul 2 pagi.
Ide penghapusan konsep waktu ini sendiri hanyalah sesuatu yang mereka lakukan untuk membuatnya lebih formal dan diterima dunia.
Sejauh ini, kota-kota lain yang terletak di lingkar Arktik seperti Finnmark dan Nordland pun diketahui mendukung inisiatif warga Sommaray tersebut.