Suara.com - Sepatu hak tinggi memang dicintai oleh sebagian wanita tapi sebagian lainnya menganggap ini sebagai pembodohan. Ya, ketika akan menghadiri acara tertentu, memakai sepatu hak tinggi seolah menjadi aturan yang harus dipatuhi.
Memakai sepatu hal tinggi memang memberikan siluet yang lebih seksi bagi wanita, tapi bukan berarti wanita menjadi berkurang kecantikannya ketika tak menggunakan sepatu hak tinggi.
Rupanya sepatu hak tinggi sudah lama menuai kontroversi. Dilansir dari SoraNews24, baru-baru ini di Jepang, warganet ramai-ramai berkampanye anti sepatu hak tinggi melalui tagar KuToo.
Kampanye ini merupakan aksi protes kepada pemerintah yang menambahkan persyaratan bagi staf wanita untuk mengenakan sepatu hak tinggi di tempat kerja.
Baca Juga: Pemakaian Sepatu Hak Tinggi di Jepang Picu Gerakan Perlawanan
Sebelumnya, pada Mei 2016, seorang staf wanita bernama Nicola Thorp dipulangkan dari kantornya setelah menggunakan sepatu flat ketika hari pertama bekerja sebagai resepsionis di sebuah perusahaan di Inggris.
Aksi serupa KuToo pun digalang untuk membela Nicola. Warganet bahkan berbondong-bondong menandatangani petisi yang dibuat terkait kasus ini.
Nicola tak sendiri. Pada tahun 2015, Cannes Film Festival pernah mengumumkan jika wanita tanpa sepatu hak tinggi dilarang ke dalam acara. Julia Roberts protes keras dan memilih bertelanjang kaki ketika melangkah di karpet merah acara bergengsi ini.
Hal serupa juga terjadi di sebuah maskapai penerbangan, Norwegian Air. Pramugari di perusahaan ini boleh menggunakan sepatu datar tapi harus dengan persyaratan tertentu, salah satunya membawa surat resmi dari dokter.
Itulah deretan kontroversi terkait sepatu hak tinggi yang terjadi di berbagai negara. Apakah kamu termasuk yang mencintai sepatu hak tinggi atau sebaliknya?
Baca Juga: Andalkan Kenyamanan, Crocs Tampilkan Sepatu Hak Tinggi