Proses di lapangan akan berlangsung 8 hari di Ubud, Gianyar, dan sekitarnya, sedangkan questionares akan dilakukan online dan offline selama tiga minggu. Pada tahap ini juga dilakukan perencanaan dan strategi rekomendasi.
Ketiga, rekomendasi yang perlu diterapkan dan dilakukan oleh stakeholders untuk kemudian dilakukan penilaian kedua yang dijadwalkan awal Agustus 2019. Jika semua proses dilakukan dengan benar, maka Ubud dapat dinyatakan sebagai destinasi gastronomi prototype UNWTO, yang telah sesuai dengan gastronomy destination development guideline UNWTO.
“Diharapkan program ini akan selesai secepatnya dan Ubud menjadi prototype gastronomy holistik pertama di Indonesia dan dunia,” kata Vita Datau.
Tim UNWTO diwakili oleh Aditya Amaranggana sebagai Project Specialist mengatakan pihaknya mengapresiasi Indonesia akhirnya berhasil terpilih sebagai destinasi prototype untuk Wisata Gastronomi.
Baca Juga: Garuda Wisnu Kencana Dikukuhkan Sebagai Ikon Baru Pariwisata Bali
“Kami salut dengan kerja sama yang terjalin sejak 2017 hingga mencapai tahap ini. Tiga hal yang penting program ini bahwa satu fokus UNWTO 2019 adalah SDG’s, kedua program ini bisa membantu pencapaian SDG’s 2030 karena gastronomi adalah sebuah ekosistem hulu ke hilir yang menyentuh banyak point di SDG’s,” kata Aditya.
Selain itu kata dia, gastronomi mampu membuka lapangan kerja baru di industri FnB (Food and Beverage) yang memiliki potensi bagus di dunia.
“Melalui program ini diharapkan akan memberikan kesempatan bagi Indonesia melalui Ubud Gianyar untuk menunjukan aset budaya gastronomi yang sangat luar biasa,” katanya.
Roberta Garibaldi, Lead Expert yang ditunjuk UNWTO, menjelaskan sebuah destinasi gastronomi yang holistik memiliki nilai warisan budaya, kualitas lokal produk atau bahan makanan dimana industrinya berkembang, amenitas gastronomi cukup mumpuni dan sustain (restaurants, warung, café, bar) yang mengangkat kearifan lokal.
Selain itu penetapan Ubud sebagai destinasi gastronomi juga dapat mendorong keberadaan pasar tradisional, pemasok wine, kopi, teh, produk organik, layanan edukasi gastronomi formal dan informal yang fokus pada kearifan lokal kuliner serta budaya makan setempat.
Baca Juga: Siap - siap, Ubud Food Festival Digelar Lagi!
Meski demikian Ia menyarankan agar fasilitas pendidikan lainnya seperti museum, tempat membuat makanan dan minuman lokal yang menjadi pusat edukasi publik termasuk lembaga riset gastronomi, festival dan expo yang fokus pada makanan dan minuman, serta bahan lokal juga ditingkatkan dengan penetapan destinasi ini.