Mendoan Banyumas, Libur Lebaran dan Cerita dari Sopsan

Minggu, 09 Juni 2019 | 08:05 WIB
Mendoan Banyumas, Libur Lebaran dan Cerita dari Sopsan
Tempe mendoan Banyumas. (Suara.com/Teguh)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mendhoan Banyumas dinggo goletan
Pirang-pirang wong sing wis padha klangenan
Lanang wadon wong tua uga nom-noman
Pancen nyata dan nylekamin pisan

Mendhoan Banyumas dinggo suguhan
Nggo nyamikan uga nggo lawuh sarapan
Nggo jambalan nggo pacitan nang kumpulan
Dinggo sandhingan kanca batir padha juguran

Ketika diartikan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia, kuranglebih menjadi seperti ini:

Mendoan Banyumas jadi perburuan (banyak dicari)
Banyak sekali orang yang sudah terkenang
(dari) laki-laki, perempuan, orang tua juga anak muda
Memang nyata dan nikmat sekali

Baca Juga: Lezatnya Tempe Mendoan Bikinan Sendiri

Mendoan Banyumas dijadikan hidangan
Untuk camilan juga untuk lauk saat menyantap nasi
Untuk dimakan langsung, untuk menu saat pertemuan
(Juga bisa) untuk jamuan saat nongkrong bersama teman-teman

Sepenggal lirik lagu karya seniman Banyumas, Fadjar P Sopsan yang dipopulerkan oleh grup musik Sopsan ini, cukup mewakili akan mendoan Banyumas, Jawa Tengah. Sudah melekat, bicara mendoan, ya Banyumas.

Makanan ringan itu cukup dikenal secara luas dan disukai oleh semua kalangan. Apalagi di tengah libur Lebaran, tempat-tempat penjualan makanan berbahan dasar tempe kedelai yang digoreng setengah matang (mendo) itu laris-manis.

Tidak sulit untuk jajan mendoan di Banyumas. Mendoan dijual di berbagai penjuru wilayah, dari kelas kaki lima, warung sampai pusat oleh-oleh.

Dalam menyantap mendoan, akan lebih nikmat saat masih hangat. Mendoan lazim disantap dengan ketupat, dan enak juga dilahap dengan sambal kecap.

Ada juga yang menyantapnya sambil menggigit cabe rawit, atau dilumuri kuah bakso, mie ayam atau soto. Itu mengapa, banyak penjual bakso yang juga menyediakan mendoan.

Di tengah libur Lebaran, mendoan menjadi makanan khas yang banyak dicari. Tingkat pembelian mendoan cukup tinggi, sehingga omzet pedagang meningkat drastis.

Tingginya omzet penjualan itu, salah satunya dirasakan Yono (55). Ia berjualan di kawasan ramai Kecamatan Wangon, Banyumas yang juga menjadi perlintasan dari jalur selatan Jawa menuju ke Pantura. Ia membuka usaha penjualannya sejak sore, hingga tengah malam, atau dini hari.

“Mendoan Banyumas itu sudah dikenal luas dari sana-sini, jadinya banyak dicari,” kata Yono, mengawali obrolan dengan Suara.com, Sabtu malam (8/6/2019).

Dalam libur Lebaran ini, dia mengaku bisa menjual sekitar 1.000 mendoan per hari. Satu mendoan yang lebih lebar dari telapak tangan itu, dijual Rp 1.500.

Jumlah itu meningkat, karena penjulan pada hari biasa berkisar 400 buah.

“Yang beli belakangan ini kebanyakan pemudik. Mereka yang lewat, itu mampir, terus jajan. Kebanyakan jajan di sini sambil pesan kopi, tapi ada juga yang dibungkus buat di jalan,” kata Yono yang sudah puluhan tahun berjualan mendoan.

Pembeli, lanjut Yono juga banyak dari warga lokal Banyumas dan sekitarnya. “Kalau warga sini, biasanya beli untuk lauk makan nasi, teman ngopi, menjamu tamu, atau kalau ada acara,” kata Yono, serupa dengan cerita yang dikisahkan lagu dari Sopsan.

Hal yang sama dirasakan penjual mendoan lainnya di Purwokerto, Daryati. Perempuan 58 tahun yang sudah bertahun-tahun berjualan di dekat Pasar Wage ini, selalu merasakan peningkatan omzet saat memasuki bulan Ramadan hingga libur Lebaran.

“Saat Ramadan, itu banyak masyarakat lokal yang butuh untuk keperluan buka puasa atau sahur. Kalau libur Lebaran, itu juga banyak yang dari luar daerah membeli ke sini,” kata dia.

Saat momentum ramai itu, dia bisa menjual mendoan sekitar 500 buah per hari. Jumlah itu meningkat, karena di hari biasa berkisar 200-300 buah.

“Rasanya lebih capek, karena jualan sore sampai malam hari, dan menggoreng banyak. Tapi seneng juga, karena omzetnya meningkat,” kata dia.

Kontributor : Teguh Lumbiria

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI