Suara.com - Maya Miranda, Bantu 700 Anak Kurang Mampu Dapatkan Pendidikan Layak.
Menebar kebaikan untuk sesama menjadi salah satu kegiatan positif yang banyak dilakukan masyarakat pada bulan Ramadan dan jelang Idul Fitri seperti saat ini. Bahkan, hal ini pun selalu dianjurkan dalam Islam.
Hal inilah yang menginspirasi Maya Miranda Ambarsari, pengusaha sekaligus sociopreneur pemilik Yayasan Rumah Belajar Miranda (RBM) melakukan berbagai kegiatan dalam yayasan miliknya.
Yayasan RBM, memfasilitasi 700 anak kurang mampu, perempuan, dan kaum marjinal untuk mendapatkan pendidikan dan pengetahuan agama secara layak.
Baca Juga: CEO Gojek Sumbangkan Hadiah Nikkei Rp 430 Juta untuk Pendidikan Anak Driver
"Sebagai yayasan nonprofit, kami tetap mengelola RBM secara profesional dengan fasilitas terbaik, baik dari segi fasilitas, materi ajar, hingga tenaga pendidik sehingga anak-anak bisa mendapatkan pengetahuan dan pendidikan yang layak,” ujar Maya Miranda Ambarsari dalam konferensi pers "Share Our Love with Rumah Belajar Miranda belum lama ini.
Menurut perempuan yang juga pemilik e-commerce JD.ID ini, melalai pendidikan yang layaklah, setiap orang bisa memiliki kesuksesan yang juga bisa bermanfaat bagi negara secara keseluruhan.
Di rumah belajar yang berdiri sejak 12 Maret 2012 ini, anak-anak kurang mampu bisa mengakses pendidikan secara gratis dengan fasilitas mewah dan tenaga pengajar profesional.
Mereka mendapatkan berbagai pengajaran berkualitas mulai dari Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Tahfiz Al-Quran, Marawis, dan lain Teh.
Selain memfasilitasi ratusan anak kurang mampu, RBM menyedikan wadah pembinaan agama dan pengajian rutin bagi ibu-ibu Majelis Ta’lim Ummul Choir sekaligus menaungi Majelis Ta’lim Tuli Indonesia (MTTI) yang para pesertanya merupakan penderita tuna rungu.
Baca Juga: Pemkot Sukabumi Tanggung Biaya Pendidikan Anak Petugas KPPS yang Meninggal
“Di RBM ini, para peserta akan mendapatkan pembekalan agam Islam serta pelatihan Baca Tulis Al-Quran (BTQ) sehingga diharapkan tidak ada lagi tuna rungu yang buta baca dan tulis Al-Quran. Di sini mereka juga mendapatkan pelatihan seperti merajut, membuat roti, dan lainnya sehingga diharapkan nantinya para peserta akan mandiri,” ujar dia.