Suara.com - Sebagai salah satu puncak gunung tertinggi di dunia, tidak heran jika Gunung Everest senantiasa menarik minat pendaki setiap tahunnya.
Meski begitu, banyaknya korban berjatuhan di Gunung Everest belakangan ini sukses membuat prihatin.
Menurut laman Insider, total terdapat 10 orang yang tewas akibat mendaki gunung Everest dalam seminggu terakhir.
Hal ini menyebabkan musim pendakian Everest di tahun 2019 ini disebut-sebut sebagai salah satu musim pendakian paling mematikan.
Baca Juga: Sampah Seberat 3 Ton Dikumpulkan di Gunung Everest
Mirisnya lagi, banyaknya korban pendaki gunung tewas di Everest tersebut rupanya tidak disebabkan oleh cuaca yang buruk.
Menurut salah seorang pendaki, banyaknya jumlah turis tewas di Gunung Everest disebabkan oleh banyaknya jumlah orang yang berjejalan.
Ditambah, sebagian besar dari pendaki tersebut masih kurang berpengalaman dan pengetahuan untuk menaklukkan Gunung Everest.
Kondisi ini dibuat semakin berbahaya karena para pendaki yang tidak berpengalaman itu saling berjejalan di puncak yang sempit demi mengambil selfie.
Akibat antrean selfie ini, banyak pendaki pun terpaksa harus menunggu di "zona kematian" Gunung Everest dengan persediaan oksigen terbatas.
Baca Juga: Jauh di Perut Bumi, Ditemukan Gunung yang Lebih Besar dari Everest
Diketahui, pada area di atas ketinggian 8.000 mdpl, pasokan oksigen akan menjadi terbatas dan menyebabkan sel-sel tubuh perlahan-lahan mati.
Hal inilah yang menyebabkan nyawa para turis terancam, terlepas dari cuaca Gunung Everest yang jauh dari kata buruk.