Morandi mengaku keheninganlah yang membuatnya sanggup bertahan.
"Saya sangat mencintai keheningan. Seperti halnya keheningan di musim dingin, kala badai tak bertiup dan tak satupun orang mengunjungi pulau ini. Keheningan yang teramat seperti matahari yang terbenam di musim panas," tutur Morandi.
Tak lupa, Morandi kerap membersihkan sampah plastik yang tersangkut di bibir pantai. Sebab cinta Morandi pada Pulau Budelli, lebih dari sekadar seorang penghuni, ia ingin Pulau Budelli tetap lestari.
"Saya bukan ahli botani namun saya punya alasan kuat mengapa tanaman dan pulau ini harus terus hidup," pungkas Morandi mantap.
Baca Juga: Rajungan Kuah Santan Asam Pedas Khas Pulau Pari Bikinan Chef Aiko, Sedap!
Morandi bukan tanpa aral menetap seorang diri di Pulau Budelli. Pernah ia digugat sebuah instansi swasta yang hendak mengokupasi pulau tersebut.
Beruntung, Morandi memenangkan hati publik dan pengadilan setempat, ia tak jadi digusur.
"Saya tidak akan pernah beranjak dari sini. Saya ingin mati di Budelli," tegas Morandi.
Belakangan, kisah Morandi melestarikan ekosistem Pulau Budelli menyentuh sebuah perusahaan komunikasi. Perusahaan tersebut lantas membangun jaringan WI-Fi di Pulau Budelli.
Kini melalui Pulau Budelli, Morandi masih sanggup menyaksikan lalu lintas dunia hari ini.
Baca Juga: Lebih Dekat dengan Gonggong, Ikon Wisata dan Kuliner Khas Pulau Bintan