Floating Utopias, Ajak Pengunjung Menikmati Seni Balon Udara

Selasa, 21 Mei 2019 | 12:38 WIB
Floating Utopias, Ajak Pengunjung Menikmati Seni Balon Udara
Floating Utopias. (Dok. ArtScience Museum)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Floating Utopias adalah pameran riang nan puitis, yang mengeksplorasi sejarah sosial dari beragam objek tiup, hingga memperlihatkan bagaimana mereka telah berkontribusi dalam karya seni, arsitektur, dan kegiatan sosial selama beberapa dekade terakhir.

Sejak kali pertama balon udara menghiasi langit di abad ke-18, objek tiup telah mengilhami imajinasi publik akan mimpi utopis seperti kastil di langit, laboratorium terapung, dan kota- kota di atas awan.

Pengunjung dapat menantikan pengalaman visual yang memukau melalui lebih dari 40 karya seni yang dirancang oleh sedikitnya 15 seniman lokal dan internasional, termasuk Ant Farm, Tools for Action (Artúr van Balen dan Tomás Espinosa), Eventstructure Research Group, Anna Hoetjes, Luke Jerram, Franco Mazzucchelli, Ahmet Öüt, Marco Barotti, Tomás Saraceno, Graham Stevens, The Yes Men, dan UFO.

Hasil karya yang mengesankan dari beragam objek tiup tersebut akan disampaikan melalui delapan patung berskala besar berisi udara dan tergantung di dalam galeri, menciptakan serangkaian momentum yang dramatis di sepanjang pameran.

Baca Juga: Ikatan Pilot Indonesia: Ada 40 Laporan Komplain soal Balon Udara

Floating Utopias. (Dok. ArtScience Museum)
Floating Utopias. (Dok. ArtScience Museum)

Dengan penemuan balon udara panas, untuk pertama kalinya umat manusia dapat melampaui batas dari sekadar memijakkan kaki di tanah dan mulai mengeksplorasi Bumi dari atas langit. Floating Utopias mengajak pengunjung bereksplorasi bagaimana penemuan penting ini membentuk pemahaman kita atas dunia dan tempat tinggal kita di dalamnya.

Hal ini menunjukkan bagaimana sebuah balon dapat menjadi sumber daya tarik publik di abad ke-18 dan 19, yang mampu menginspirasi berbagai penemuan baru dalam perjalanan dan komunikasi, serta mendorong inovasi ilmiah.

Hal tersebut merekam bagaimana para arsitek di generasi baru mulai melakukan eksperimental menggunakan struktur karet pada 1960-an dengan melakukan pendekatan dalam merancang ruang. Serta, menggali karya para seniman yang telah menggunakan berbagai objek tiup dengan cara nyata, tak terduga atau pun tidak konvensional.

Sepanjang pameran, foto-foto, dokumen, dan pertunjukan film menunjukkan bagaimana objek tiup telah digunakan untuk tujuan politik, secara historis dalam parade dan kenegaraan, dan di masa yang lebih kontemporer, oleh aktivis sebagai alat untuk protes.

Di Singapura, Floating Utopias dapat disaksikan langsung hanya di ArtScience Museum. Seperti halnya pertunjukan khas, pameran ini menggabungkan puisi dan politik, pedagogi dan permainan, inovasi teknologi dan kecerdasan artistik. Pada intinya, Floating Utopias adalah serangkaian pertemuan antar karya seni objek tiup yang menakjubkan dan dramatis, yang menempati ruang galeri ArtScience Museum.

Baca Juga: Menhub: Terbangkan Balon Udara Ganggu Penerbangan Bisa Dipenjara

Patung-patung yang melayang di udara, dikompresi ke dalam ruang dengan komposisi dan sudut yang luar biasa.

"Karya-karya seni yang dipamerkan secara beragam mampu menginspirasi, mengganggu, membatasi, dan memberanikan pengunjung untuk menjelajahi sejarah objek tiup, serta fungsi sosial dan bagaimana mereka telah mengubah cara kita memandang dunia,” kata Honor Harger, Direktur Eksekutif ArtScience Museum dalam siaran pers yang diterima Suara.com.

Artúr van Balen, Fabiola Bierhoff, dan Anna Hoetjes, kurator dari Floating Utopias Foundation menjelaskan, Floating Utopias menjadi navigasi sejarah budaya seni yang luas dan arsitektur dari sebuah objek tiup. Hal ini adalah dampak dari objek tiup terhadap imajinasi kolektif. Sepanjang sejarah, objek pneumatik membuka kemungkinan terhadap teknologi baru, sehingga hal tersebut menjadikannya permukaan proyeksi untuk sebuah visi yang utopis.

"Objek tiup mengandung aspek transformatif dalam diri mereka: serangkaian materi yang tak berbentuk menjadi sebuah ruang yang bervolume secara instan. Kualitasnya yang ringan, mudah dibawa, dan singkat, mendorong khalayak untuk merasakan suasana yang menyenangkan dan memesona. Monumentalitas objek tiup yang instan memungkinkan kita mempertanyakan struktur kekuasaan hierarkis dengan mengingatkan kita bahwa bagaimanapun juga, semuanya bersifat temporal,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI