Untuk menjaga cita rasa, Sumarwanto menggunakan bumbu dan rempah tradisional hasil racikannya sendiri. Selain itu cara memasaknya juga masih menggunakan kayu.
“Enggak ada yang jual, bumbunya saya buat sendiri. Kalau masaknya saya mulai jam sembilan pagi, selesainya jam dua siang, istirahat, magrib mulai lagi,” Katanya
Diakuinya meski Rumah Makan Gudeg Pawon sudah cukup terkenal, bahkan sudah banyan yang menawarkan ia tidak berencana membuka cabang.
“Saya ini pernah ditawari 200 juta, saya enggak mau untuk beli namanya. Saya enggak mau, saya enggak mata duitan,” tutupnya.
Baca Juga: Berdiri Sejak 1960-an, Gudeg Abimanyu Sajikan Kuliner Khas Semarang
Berbeda dengan masakan Gudeg pada umumnya yang notabenenya manis. Gudeg Pawon menawarkn cita rasa yang gurih. Hal ini membuat wisatawan dari Yogyakarta merasa nyaman untuk makan di sini.
“Suasananya enak, aromanya masih menyatulah. Makannya karena sensasi sama rasa, saya kan enggak suka manis. Pertama kali makan di sini (2013) resepnya memang betul-betul berbeda, enggak begitu manis,” Kata wisatawan asal Bali Hardi Abdul Minggu (19/05/2019) saat mengunjungi rumah makan Gudeg Pawon yang menawarkan sensasi makan di dapur umum ini.
Kontributor : Rahmad Ali