Suara.com - Batik merupakan wastra warisan Indonesia yang telah mendunia. Namun sayangnya, masyarakat Indonesia sendiri banyak yang belum terlalu paham mengenai seluk-beluk batik. Misalnya, banyak yang belum mengerti tentang perbedaan antara batik tulis, cap, hingga printing. Selain itu, tak banyak orang juga menyadari akan pentingnya melestarikan batik.
Berangkat dari pemikiran tersebut, Batik Warisan hadir dan mencoba melestarikan batik dengan pakem seni batik tradisional Indonesia.
"Melestarikan kebudayaan tidak hanya dengan mengumpulkan batik-batik lama, tetapi juga dengan menyumbangkan dengan cara memproduksi batik agar tetap eksis," kata pemilik Batik Warisan yang sudah 20 tahun lebih mengoleksi batik, Fetty Kwartati.
Batik Warisan sendiri mulai memproduksi batik sejak 2011 lalu, menggunakan teknik lawasan yang rapi seperti menggunakan canting nano, di mana ukurannya nol dan bahkan di bawah nol.
Baca Juga: Unik, Ada Alquran Batik di Solo
Fetty juga berusaha memperkenalkan motif yang terinspirasi dari berbagai kebudayaan dan menggunakan perpaduan warna modern seperti pastel, namun tetap dibuat dengan teknik membatik tradisional.
Dalam lima tahun pertama kehadiran Batik Warisan, Fetty hanya memproduksi batik sebagai koleksi. Baru pada 2015 lalu, Batik Warisan mulai menjual koleksinya.
Sejalan dengan visinya, Batik Warisan bertekad untuk menjadi batik tulis premium kelas dunia yang mengedepankan nilai-nilai seni budaya Nusantara.
"Kami memiliki visi ingin Batik Warisan menjadi batik tulis yang mendunia, dengan mengedepankan tenik lawasan dan warna desain baru untuk mengangkat budaya Indonesia," tutur Fetty Kwartati.
Harga batik premium Batik Warisan berkisar antara Rp 5 juta hingga Rp 15 juta dengan ukuran panjang kain 2,7 meter dan lebar 1,05 sampai 1,15 meter.
Baca Juga: Keren Banget, Siswa SMA Di Majenang Bikin Seragam Batik Sendiri!