Buka Puasa dengan Nasi Boran, Makanan Khas Lamongan yang Pedas dan Gurih

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 17 Mei 2019 | 07:00 WIB
Buka Puasa dengan Nasi Boran, Makanan Khas Lamongan yang Pedas dan Gurih
Nasi Boran khas Lamongan cocok untuk sahur maupun berbuka puasa. (Suara.com/Tofan Kumara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Buka Puasa dengan Nasi Boran, Makanan Khas Lamongan yang Pedas dan Gurih

Jika anda bepergian dan melintas di Kabupaten Lamongan, apalagi di bulan Ramadan seperti sekarang, tak ada salahnya mampir dan mencicipi nasi Boran.

Ya, Lamongan bukan hanya terkenal karena soto dan pecel lele, ada pula makanan khas yang pedas dan gurih bernama Nasi Boran.

Nasi Boran sendiri berawal dari warga dusun Kaotan, desa Sumber Rejo, Lamongan yang semua berjualan nasi Boran di tepi jalan-jalan kota Lamongan mulai sore hingga dini hari.

Baca Juga: Bongko Kopyor, Kuliner Khas Gresik yang Laris di Bulan Ramadan

Kekhasan nasi Boran terletak pada nasi yang ditempatkan di Boran (wadah yang terbuat dari anyaman bambu) si penjual, kemudian diberi bumbu boranan yang bercitarasa agak sedikit pedas ditambah krawu (sayur-sayuran) yang membuat nikmat di lidah.

Nasi Boran khas Lamongan cocok untuk sahur maupun berbuka puasa. (Suara.com/Tofan Kumara)
Nasi Boran khas Lamongan cocok untuk sahur maupun berbuka puasa. (Suara.com/Tofan Kumara)

Bermacam lauk yang disajikan, mulai dari telor, ayam, bandeng, ikan gabus hingga ceker dan tentu saja tahu tempe kemudian dikasih bumbu.

Seporsi nasi Boran rata-rata berharga Rp 10 ribu. Namun, harga makanan bisa lebih mahal jika Anda menambah sejumlah lauk.

Penjual nasi Boranan asal Kaotan, Kasiatun (42) mengatakan disebut nasi Boran karena tempat nasinya dari Boran atau tempat nasinya buat dari anyaman dari bambu. Berbeda dengan makanan nasi lainnya, bumbu pada nasi Boran dibuat agak kental dari adonan santan dan rempah-rempah lainnya.

"Nasi boran itu nasi yang ditempatkan di boran, wadah nasi dari anyaman bambu. Kemudian dikasih bumbu boranan dan bermacam ikan tergantung pembeli memilih ikannya. Kita menjual satu porsi Rp 10 ribu, beda harga jika menambah lauk," ujar ibu tiga anak ini.

Baca Juga: Berdiri Sejak 1960-an, Gudeg Abimanyu Sajikan Kuliner Khas Semarang

Kasiatun melanjutkan dulu tradisi berjualan nasi Boran dimulai petang hari habis magrib hingga dini hari berlangsung bertahun-tahun. Karena itulah nasi boran selalu dicari pembeli ketika malam hari.

Namun, lanjutnya, saat ini ada juga yang berjualan mulai siang hari. Apabila bulan Ramadan seperti sekarang, penjual nasi Boran memulai berjualan pada sore hari menjelang buka puasa.

Nasi Boran khas Lamongan cocok untuk sahur maupun berbuka puasa. (Suara.com/Tofan Kumara)
Nasi Boran khas Lamongan cocok untuk sahur maupun berbuka puasa. (Suara.com/Tofan Kumara)

"Dulu berjualan mulai malam hari, tapi sekarang ada yang siang sudah berjualan. Saya hari biasa berjualan mulai jam 14.00 wib hingga jam 21.00 wib. Tapi pada bulan puasa seperti ini, saya mulai buka pukul 16.30 wib hingga dini hari," ucap Kasiatun, Kamis (16/5/2019).

Kasiatun mengaku omzet berjualan nasi Boran pada bulan Ramadan selalu naik dari hari biasa. Sehari, ia bisa meraih omzet hingga ratusan ribu meski ada sekitar lima belas penjual nasi Boran yang ada di lapak di samping pasar modern Lamongan.

"Ya banyak pembeli, ada yang dibungkus dibawa pulang untuk buka puasa. Ada juga yang makan di sini. Alhamdulillah, bulan puasa ini saya berjualan tidak sampai jam 8 malam sudah habis," tutupnya.

Kontributor : Tofan Kumara

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI