Suara.com - Di Indonesia, ibadah puasa di bulan Ramadan terhitung cukup mudah untuk dilakukan. Selain durasi yang tidak terlalu panjang, waktu terbit dan terbenamnya matahari pun dapat diketahui dengan pasti.
Hal ini tentu jauh berbeda dengan negara-negara yang berada di daerah lingkar Arktik. Bagi mereka, ada kalanya matahari tidak terbenam selama berhari-hari sehingga waktu puasa harus menyesuaikan negara lain.
BACA JUGA:
Istri Didoakan Keguguran, Chef Arnold Murka dan Beri Pelajaran Ini
Baca Juga: Lima Negara Ini Punya Waktu Puasa Terpendek
Mendarat Tanpa Roda, Pilot Ini Berhasil Selamatkan 89 Penumpang Pesawat
Cantik Hanya dengan Berwudhu, Ayana Jihye Moon Ngabuburit di Mall
Namun, bagaimana dengan waktu puasa untuk mereka yang tidak sedang berada di Bumi alias para astronot atau astronaut?
Ya, lain dengan kita yang berada di Bumi, satu hari di luar angkasa tidak setara dengan 24 jam.
Bagi astronaut yang berada di ISS (International Space Station), 1 hari di Bumi malah setara dengan 16 hari. Ini dikarenakan ISS mengorbit Bumi setiap 90 menit sekali dalam 24 jam.
Baca Juga: Ini Cara Pelajar Muslim Inggris Siasati Waktu Puasa yang Panjang
Dengan perhitungan waktu yang membingungkan, puasa di luar angkasa pun tentunya akan memberikan tantangan tersendiri.
Hal ini rupanya pernah terjadi di tahun 2007 silam seperti dilansir dari laman Foreign Policy.
Saat itu, ada seorang astronaut Muslim asal Malaysia bernama Sheikh Muszaphar Shukor yang dikirim ke ISS bersama 2 kosmonot Rusia.
Sheikh Muszaphar Shukor pun harus melakukan berbagai penyesuaian seputar ibadah yang dilakukannya. Bahkan, Department of Islamic Development di Malaysia pun sampai memberikan panduan tersendiri.
Salah satunya adalah salat yang tidak harus dilakukan sambil berdiri dan tidak perlu berwudhu dengan air demi keselamatan bersama.
Sementara soal puasa, awalnya Sheikh Muszaphar Shukor diberi dua pilihan. Yaitu menunda puasa sampai kembali ke Bumi atau mengikuti waktu matahari terbit dan terbenam di Baikonur, Kazakhstan tempatnya diluncurkan ke ISS.
Meski begitu, Menteri Pendidikan Malaysia saat itu akhirnya menyatakan bahwa Muszaphar diizinkan untuk menunda puasanya saja sementara melakukan misi di ISS.