Suara.com - Memakai softlens, lensa mata, atau lensa kontak, tak sekadar untuk estetika, tetapi juga untuk membantu penglihatan bagi kamu yang malas pakai kacamata. Namun, hal ini menjadi pertanyaan ketika dilakukan saat berpuasa di bulan Ramadan. Alasannya, karena terdapat larangan memasukan benda apa pun ke dalam tubuh.
Mengutip dari laman nu.or.id, seorang bertanya tentang hukum memakai softlens saat berpuasa. Pembaca bernama Rahmi Nurul Aini apakah softlens dapat mengakibatkan puasanya tidak sah. Pertanyaan dari surat pembaca itu pun dijawab dengan penjelasan yang cukup rinci.
Disebutkan bahwa salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam ibadah puasa adalah menjaga diri agar tidak ada benda yang masuk ke dalam tubuh melalui lubang-lubang di tubuh yang tersedia, seperti mulut, hidung, telinga, dan dua lubang kemaluan.
Sementara, pada mata yang dilekatkan softlens, tidak termasuk lubang yang perlu dijaga saat puasa.
Baca Juga: Hampir Batal Puasa, Aksi Cewek Seksi Buka Handuk Ini Bikin Terkejut
Disebutkan oleh Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin dari Mazhab Syafi’i dalam Busyral Karim yang artinya,
“(Keempat adalah menahan diri dari masuknya suatu benda ke dalam lubang seperti bagian dalam telingan dan lubang kemaluan dengan syarat masuk melalui lubang terbuka)... Di luar dari pengertian ‘melalui lubang terbuka’, masuknya sebuah benda melalui lubang yang tidak terbuka,” (Lihat Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, Busyral Karim bi Syarhil Muqaddimah Al-Hadhramiyyah, [Beirut, Darul Fikr: 1433-1434 H/2012 M], juz II, halaman 460-461).
Dalam kasus softlens atau benda yang masuk ke dalam mata saat puasa, para ulama memiliki perbedaan pendapat. Perbedaan pandangan ulama diulas oleh Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki dalam Ibanatul Ahkam perihal hadits berikut yang artinya,
“Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bercelak di Bulan Ramadhan dalam keadaan berpuasa,” (HR Ibnu Majah dengan sanad yang dhaif. At-Tirmidzi mengatakan, perihal ini tidak ada kabar yang shahih).
Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki menyebutkan bahwa mata bukan lubang di tubuh yang harus dipelihara. Menurut keduanya, tindakan bercelak bagi orang yang berpuasa tidak membatalkan puasanya.
Artinya, “Puasa seseorang menjadi batal karena sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya melalui lubang seperti mulut dan hidung. Oleh karena itu, hukum tindakan berlebihan dalam berkumur dan menghirup air ke dalam hidung makruh bagi orang yang berpuasa. Sedangkan mata bukan lubang yang lazim. Oleh karenanya, tindakan bercelak oleh orang yang berpuasa tidak membatalkan puasanya,’” (Lihat Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz II, halaman 303).
Pendapat lain dari Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki mengangkat soal bercelak di siang hari saat puasa yang artinya,
“Perihal bercelak mata di siang hari, Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanafi mengatakan, orang yang sedang berpuasa boleh bercelak mata. Puasanya tidak batal baik celak itu terasa di tenggorokan atau tidak terasa. Tetapi menurut ulama Syafi’iyah, bercelak saat puasa di siang hari menyalahi keutamaan. Sedangkan Mazhab Maliki dan Mazhab Hanbali menyatakan, puasa seseorang batal karena bercelak siang bila terdapat bahan materialnya terasa di lidah. Tetapi tindakan itu dimakruh [tanpa membatalkan puasa] bila materialnya tidak terasa di lidah,” (Lihat Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz II, halaman 303-304).
Baca Juga: Obat Pelega Asma Bikin Batal Puasa? Ini Kata Dokter
Berdasarkan hadits dan beberapa pendapat ulama di atas dapat disimpulkan bahwa para ulama berbeda pendapat perihal penggunaan softlens saat puasa.
Tetapi masyarakat Indonesia yang mayoritas pengikut Mazhab Syafi’i dapat mengikuti pandangan ulama syafi’iyah perihal pemakaian softlens di siang hari saat puasa. Hanya disarankan agar softlens dipakai saat malam hari agar menghindari khilaful aula atau menyalahi keutamaan.