“Bapak saya dan sesama penjual soto ayam dari Tamanan menjajakan sotonya dengan cara dipikul. Mereka berangkat sore dan mangkal berjualan di Bok Ijo, kemudian setelah Isya baru menjajakan soto berkeliling kota,” ujar Rohmat, salah satu penjual soto ayam Bok Ijo di Terminal Tamanan, kepada Suara.com, Minggu petang (12/5/2019).
Di keluarga Rohmat sendiri, jejak sang ayah diikuti oleh tiga bersaudara, yaitu dua kakak Rohmat dan dirinya sendiri. Rohmat dan dua kakaknya dulunya juga berjualan soto pikul di Bok Ijo. Baru tahun 1992, ketika terminal bus Kediri dipindahkan ke Tamanan, Rohmat dan belasan penjual soto yang biasa mangkal di Bok Ijo pun pindah ke kawasan terminal tersebut dengan tetap mempertahankan label Bok Ijo.
“Jadi semua kios soto di sini adalah soto Bok Ijo. Rasanya kurang lebih sama, tapi tiap warung pasti punya ciri khasnya masing-masing. Untuk daging ayam, kami pakai ayam petelur yang sudah afkir, harganya lebih murah, tapi dagingnya lebih gurih dibandingkan ayam pedaging,” ujar Rohmat.
Kontributor : Agus H
Baca Juga: Musim Hujan, Cobain Resep Soto Ayam Jawa Paling Pas Nih