Suara.com - Ria Miranda, dari Ide Modest Wear Sederhana Kini Punya Brand Besar.
Perkembangan modest wear di Indonesia, dapat dibilang cukup pesat, khususnya satu dekade belakangan. Desainer modest wear kian menjamur dengan menghadirkan koleksi kreatif dan inovatif.
Perjalanan modest wear makin dikenal hingga mancanegara. Bahkan optimis, Indonesia bisa menjadi kiblat fesyen Muslim dunia pada 2020 mendatang.
Baca Juga: Ini Tren Busana Muslimah Ramadan 2019 Menurut Ria Miranda
Salah satu yang terus mengiringi kesuksesan modest wear di Indonesia dan mata dunia ialah desainer berdarah Minang Indria Miranda atau yang dikenal dengan Ria Miranda.
Memperingati satu dekade dirinya, Ria Miranda mengundang rekan media untuk berbagi kisah perjalanannya di industri mode tanah air. Dia tak menyangka, bahwa nama dan brand-nya bisa sebesar seperti sekarang.
Pada 2005 ia mengaku hanya seorang perempuan dewasa muda yang kebingungan harus mencari baju setelah memutuskan berhijab. Ya, Ria Miranda bingung melihat banyak perempuan berhijab yang menurutnya berpenampilan terlalu berlebihan.
"Saat itu, aku melihat banyak hijabers yang menggunakan hijab dengan model dan pakaian yang heboh. Apa yang mereka lihat di runway ditiru begitu saja. Mereka jalan-jalan ke mal seperti itu. Warna-warna terang mencolok, baju ketat, hijab yang menumpuk dengan penuh aksesori. Aku pikir di mana kesan sederhananya?" ujar ibu tiga anak ini.
Hal inilah yang membuat Ria Miranda termotivasi menciptakan desain busana muslim berwarna pastel dengan potongan sederhana dan motif yang tidak mencolok.
Baca Juga: Sambut Ramadan 2019, Busana Kolaborasi Jovian X Ria Miranda Hadir di Zalora
Awal Mula Mendesain Busana Muslim
Berbekal ilmu fesyen yang didapatnya di sekolah mode ESMOD dan sempat bekerja sebagai pengarah gaya di salah satu majalah gaya hidup muslimah, Ria Miranda mulai mendesain busana dalam Shabby Chic by Ria Miranda pada 2008.
Meski pada masa tersebut, busana rancangannya tak dilirik oleh kebanyakan perempuan, Ria Miranda cuek dan tetap berpakaian sesuai kepribadian dan keinginannya.
Akhirnya bersama sejumlah kawan, termasuk Dian Pelangi dan Restu Anggraini yang kini juga merupakan desainer modest wear yang sukses, membentuk Hijabers Community.
Komunitas ini beranggotakan perempuan muda yang baru berhijab dan punya ketertarikan pada gaya busana. Dari sanalah sesungguhnya tren hijabers milenial berawal.
Mereka tak hanya berbagi info soal busana muslim yang cocok bagi anak muda, melainkan juga bertukar kisah soal pengalaman dan jalan hidup yang membuat mereka memutuskan berhijrah.
Gaya busana ala Ria Miranda dan kawan-kawan seakan menjadi 'kiblat' bagi para perempuan muda yang tergabung dalam komunitas tersebut.
Namun, perjuangannya tak putus sampai di situ. Sebelum akhirnya bisa membangun brand RiaMiranda, ada berbagai perjuangan yang telat dilewatinya. Mulai dari memberanikan diri untuk resign dari pekerjaannya sebagai seorang Fashion Stylist, keluar masuk Pasar Tanah Abang untuk mencari bahan kualitas terbaik, hingga penjahit terampil yang bisa merealisasikan desain yang sudah dibuatnya melalui sketsa.
"Kalau mengingat awal aku memulai menggapai impianku, aku tidak pernah bermimpi bisa sampai di titik ini. Niat awalku hanya untuk memberikan pilihan yang lebih beragam untuk muslimah Indonesia," ungkap dia.
Melihat semakin banyak yang melirik busana yang didesainnya, barulah Ria Miranda memutuskan menjualnya melalui online di blog pribadi miliknya. Usahanya pun semakin berkembang hingga memutuskan untuk rebranding melalui brand RiaMiranda pada 2009.
Kewalahan karena Permintaan Kian Banyak
Saat merintis merek RiaMiranda, perempuan kelahiran 15 Juli 1985 ini sempat mengaku kewalahan, karena permintaan semakin banyak.
"Waktu itu tim belum banyak dan awalnya malah sendiri. Bikin baju jahit sendiri, jual sendiri, kirim ke JNE sendiri," ungkapnya merinci.
Hingga pada akhirnya Ria Miranda membuat tim bersama suaminya, Pandu Rosadi dan beberapa orang lain. Berkat kerja kerasnya dan tim, kini ia dikenal sebagai desainer yang meraih banyak prestasi. Ini dikarenakan ciri khas rancangan yang dimilikinya yang mengedepankan kesantunan dan bersahaja.
Hasil rancangannya selalu memiliki kekuatan feminitas dengan sentuhan warna pastel. Ia percaya bahwa hijab dan busana muslim harus digambarkan dengan kesederhanaan, namun tetap memancarkan kecantikan dari dalam diri.
Pencapaian satu dekade ini pun, lanjut dia, tak lepas dari dukungan banyak orang, mulai dari keluarga terdekat, RiaMiranda tim, hingga pelanggan setianya yang disebut RMLC (Ria Miranda Loyal Customer).
RMLC, menurut Ria Miranda, sangat berarti, karena selalu memberikan tempat bagi setiap koleksi yang diluncurkan dan memborong semua produknya. Padahal, harga produknya terhitung tak murah. Satu potong blouse bisa dijual dengan harga Rp 700 ribuan.
"Awalnya cuma enam orang ibu muda yang bertemu karena berbelanja di toko. Dari situ mereka ngobrol-ngobrol dan mungkin cocok, ya jadi saling menambah pertemanan masing-masing, dan jadi rutin datang ke toko untuk melihat koleksi baru,” tutur Ria Miranda panjang lebar.
Tak ingin pelanggan setianya tersebut pindah ke lain hati, Ria Miranda berhasil membuat koneksi yang baik dengan RMLC dengan terus menunjukkan apresiasinya. Bahkan, beberapa dari mereka diundang untuk mencoba terlebih dahulu produk terbaru dan diberikan kesempatan untuk memberikan kritik dan saran.
"Terus aku juga seneng bikin event. Kadang kita bikin acara pengajian, nonton bareng, jalan-jalan atau acara lainnya untuk silaturahmi," ungkapnya.
Kini, nama Ria Miranda semakin dikenal. Ia harus mengeluarkan koleksi baru sebulan sekali untuk enam jenis brand miliknya, yakni Ria Miranda, Ria Miranda Essentials, Ria Miranda Signature, Luna, Mind, dan Ria Miranda Living.
Di luar itu masih ada Ria Miranda kolaborasi, yakni proyek kolaborasi Ria dengan pihak ketiga seperti desainer fesyen atau perusahaan e-commerce. Ria Miranda merasa beruntung atas setiap kepercayaan yang terus diberikan kepadanya menjadi sebesar ini menggeluti modest wear.