Suara.com - 3 Tradisi yang Masih Dilestarikan di Semarang
Semarang merupakan salah satu daerah di nusantara yang masih melestarikan tradisi nenek moyang dengan baik. Kota ini memang memiliki keragaman adat dan budaya yang melimpah.
Berbagai usaha pelestarian pun dilakukan, salah satunya dengan rutin menyelenggarakan tradisi khasnya. Selain mempertahankan sekaligus mengenalkan tradisi pada generasi muda, pengadaan ritual-ritual adat ini dapat menarik wisatawan untuk datang ke Semarang.
Baca Juga: Melihat Tradisi Ramadan di Masjid Sunan Giri Gresik
Penasaran ritual adat atau tradisi apa saja yang populer di Semarang? Berikut ini rangkumannya dikutip dari Airy Rooms.
Menyambut bulan suci dengan suara bedug dan meriam: Dugderan
Dugderan merupakan sebuah tradisi yang diadakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881, sejak masa penjajahan kolonial.
Untuk memeriahkan dugderan, biasanya muncul pasar tiban. Pasar ini menawarkan berbagai kuliner, pakaian, mainan, termasuk kerajinan tradisional selama seminggu sebelum bulan suci dimulai.
Tepat sehari sebelum umat muslim menjalankan ibadah puasa, sebuah karnaval akan diadakan. Karnaval dimeriahkan dengan kirab, arak-arakan pasukan berpakaian tradisional, drumband, dan kesenian tradisional lainnya.
Baca Juga: Mengintip Tradisi Ramadan di Negeri Tirai Bambu
Ada juga arak-arakan Warak Ngendok yang merepresentasikan keberagaman suku, budaya, dan agama di Semarang. Warak Ngendok sendiri merupakan perwujudan tiga unsur binatang; kepala naga, badan unta, dan kaki kambing.