Smiling Depression, Serangan Depresi di Balik Topeng Bahagia

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 02 Mei 2019 | 09:59 WIB
Smiling Depression, Serangan Depresi di Balik Topeng Bahagia
Ilustrasi smiling depression. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Depresi seringkali merujuk pada orang dengan kondisi murung dan sedih. Atau jika ditelusuri lebih dalam, orang yang mengalami depresi akan tampak tidak memiliki ketidaktertarikan pada hal-hal yang biasa disukainya, mengalami perubahan sikap yang tiba-tiba, serta nafsu makan yang meningkat (atau sebaliknya, menurun!) dengan drastis.

Tetapi ternyata gejala depresi tidaklah selalu sama antar individu. Kadang, meski seseorang tidak menunjukkan gejala depresi di atas, ia bisa saja sebenarnya mengalami depresi berat. Dan bukan tak mungkin, orang yang mengalami depresi berat ini kerap terlihat sering tersenyum dan tetap bekerja dengan baik seperti tak ada apa-apa dalam hidupnya.

Itulah yang dikenal sebagai smiling depression. Salah satu contohnya terjadi pada Joker, musuh abadi superhero Batman, yang filmnya akan tayang di bioskop pada Oktober 2019 mendatang.

Joker digambarkan memiliki wajah bahagia, dengan senyum yang selalu menghiasi wajah badutnya. Padahal, aslinya, Joker adalah sosok yang depresi, dan membalut depresinya dengan bersikap keji.

Baca Juga: Bacakan Buku untuk Bayi Bantu Cegah Ibu Alami Depresi Pasca Melahirkan

Heidi McKenzie, PsyD, seorang psikolog klinis yang berpraktik di Pittsburgh, Pennsylvania, depresi dan tersenyum sesungguhnya tidak saling berhubungan. "Orang dengan depresi ini kerap menutupi gejala yang mereka alami," kata McKenzie seperti dilansir dari Women's Health Mag. "Mereka bisa bangun setiap hari, berpakaian, datang kerja, dan terus berinteraksi dengan orang lain meski mereka memiliki perasaan yang buruk di dalam dirinya."

McKenzie mengatakan bahwa smiling depression pada dasarnya adalah nama lain dari gangguan depresi persisten (PDD), tingkat kesedihan kronis yang dapat mencakup perubahan tidur atau nafsu makan, perasaan putus asa atau kelelahan, serangan panik, dan kehilangan minat pada kegiatan favorit.

Sedangkan menurut Karen Stewart, M.D., seorang psikiater di Kaiser Permanente di Atlanta, Georgia, "Orang dengan smiling depression mungkin tidak tahu bahwa mereka mengalami depresi."

Ya, itu karena orang yang depresi selama ini kerap diasosiasikan sebagai sosok yang lunglai, tidak dapat melakukan pekerjaan mereka, dan tidak bisa tersenyum, demikian dikatakan McKenzie. Jadi, wajar jika Anda merasa baik-baik saja karena Anda tidak merasa cocok dengan gambaran stereotip depresi tersebut.

Lalu, bagaimana caranya agar orang menyadari dirinya mengalami smiling depression? Menurut McKenzie, ada banyak tanda dan gejala yang harus diperhatikan. Jika Anda merasa benar-benar kehabisan tenaga di malam hari dan tidak tahu penyebabnya, McKenzie mengatakan bahwa emosi Anda mungkin telah terkuras untuk melawan depresi.

Baca Juga: Waduh, Kerja Lembur di Akhir Pekan Bisa Tingkatkan Risiko Depresi

McKenzie menggambarkan seseorang dengan smiling depression mungkin harus berjuang keras untuk bisa bangun di pagi hari, mandi, dandan, dan bersiap-siap ke kantor. Dan sesampainya di kantor, orang dengan smiling depression dapat memainkan peran sebagai karyawan yang bahagia, ngobrol dengan rekan sekantor, tertawa, tetapi akan merasa hampa saat tidak nyambung saat berpartisipasi pada satu aktivitas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI