Saat korban merasa terancam dan mencoba asertif memprotes tindakan si pelaku, dia cuma bakal 'ditenangkan' dengan mengatakan bahwa itu bukan pelecehan, melainkan hanya bercanda dan kesalahpahaman belaka.
''Apapun kalau sampai menyakiti orang lain dan membuat orang tersebut tidak bisa melangsungkan hidup secara nornal karena tekanan psikis, fisik, atau sosial, dan lainnya, itu sudah masuk ranah kekerasan,'' tegas One.
Belajar asertif terhadap guyonan seksis
Menghadapi orang yang melontarkan guyonan seksis, bisa lewat konfrontrasi langsung dengan menyampaikan protes kepada pelaku. Katakan bahwa ucapan si pelaku tidak pantas, mengganggu, menyakiti, dan merendahkan diri kita. Jika perlu, bilang pada pelaku untuk meminta maaf.
Baca Juga: Agar Tak Ada Lagi Kasus Audrey, Sosiolog : Tanamkan Nilai Anti Kekerasan
Meski begitu, One pun memahami itu bukan hal mudah. Sering kali ada relasi kuasa yang menjadi penghalang.
''Mungkin kita bisa lebih asertif dan berani bertindak jika yang dihadapi adalah sebaya atau orang yang selasi kuasanya tidak timpang. Namun jika itu atasan, orangtua, atau senior, mungkin kita akan berpikir dua kali saat ingin bertindak,'' tutur One.
Walau demikian, kita juga bisa melatih diri sendiri untuk tetap asertif dan tidak memberikan toleransi terhadap segala bentuk pelecehan, termasuk guyonan seksis. Cobalah untuk mengungkapkan keberatan dan ketidaknyamanan yang dirasakan dengan tetap peka terhadap situasi.
Nah, masih ingat dengan si perempuan yang jadi obyek guyonan seksi karena rambutnya masih setengah basah? Ada beberapa kalimat yang menurut One sah-sah saja untuk dikatakan kepada para pelaku. Salah satunya dengan bertanya, ''Bisa dijelaskan apa maksudnya mengatakan hal norak seperti itu?''
Saling menghargai dan berempati
Baca Juga: Viral JusticeForAudrey, Ini 5 Mitos Kekerasan Seksual yang Harus Diketahui
Apakah hanya perempuan yang menjadi obyek guyonan seksis dan pelecehan? Tentu saja tidak. Lelaki juga bisa. Semakin timpang relasi kuasanya, baik itu secara gender, usia, jabatan, status sosial, maupun ekonomi dan lainnya, hampir dipastikan pihak yang lebih rendah posisinya akan menjadi objek paling rentan.