Selamatkan Bumi, Yuk Bijak Menggunakan Plastik!

Senin, 22 April 2019 | 12:30 WIB
Selamatkan Bumi, Yuk Bijak Menggunakan Plastik!
Tas plastik larut dalam air untuk menjaga bumi dengan bijak menggunakan plastik. (Instagram/@avanieco)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di balik sorotan terhadap sampah plastik yang mencemari bumi, sebenarnya industri plastik adalah industri yang paling rendah energi. Pengolahan plastik sangat rendah energi, hanya sekitar 3,1 KWH dibandingkan pengolahan industri logam (13,9 KWH), kaca, gelas, bahkan kertas. Inilah mengapa plastik disukai dan diproduksi besar-besaran oleh industri.

“Masalah terkait penggunaan plastik sebenarnya bukan pada material, namun cara memperlakukan plastik hingga ia berakhir di laut,” jelas Erny.

Di satu sisi, Ketua Indonesia Solid Waste Association (InSWA), Ir. Sri Bebassari, M.Si mengatakan budaya membuang sampah di Indonesia masih memprihatinkan.

“Kita baru memiliki undang-undang pengelolaan sampah tahun 2008, bandingkan dengan Jepang yang sudah memilikinya sejak 100 tahun lalu, dan Singapura 40 tahun lalu,” jelas Sri.

Baca Juga: Rayakan Hari Bumi, ITS Gelar Uji Emisi Kendaraan Roda Empat

Permasalahan sampah plastik yang kompleks, membuat akhirnya muncul kampanye untuk mulai mengurangi penggunaan plastik. Mungkinkah?

“Apakah kita harus mundur lagi ke belakang dengan kembali menggunakan logam, kayu, atau kertas? Ingat, kertas juga tidak ramah lingkungan karena sama saja menebang banyak pohon. Yang harus kita lakukan adalah bijak menggunakan plastik dengan menerapkan apa yang sudah kita hapalkan bersama, yaitu reduce, reuse dan recycle,” jelas Erny.

Keunggulan plastik bagaimanapun sulit tergantikan, setidaknya sampai ada material yang bisa menggantikannya. Memang ada beberapa peneliti muda tanah air yang mencoba menemukan alternatif pengganti plastik. Sayangnya, menurut Erny, produk-produk alternatif pengganti plastik belum diserap industri dalam skala besar.

“Sebagian bahkan menimbulkan isu baru yaitu mikroplastik, yaitu komponen plastik yang mudah terurai dan mencemari tanah,” jelasnya.

Kevin Kumala, pendiri Avani Eco, salah satu produsen plastik biodegradable, sependapat. Menurutnya, produk pengganti plastik tidak akan menyelesaikan masalah. Selain pasar terbatas, harga plastik biodegradable ini jauh lebih mahal dari plastik pada umumnya.

Baca Juga: Indonesia Akan Tandatangani Perjanjian Iklim Paris di Hari Bumi

“Makanya diperlukan kolaborasi massal untuk menyelesaikan masalah plastik ini. Kami hanya berusaha mencari solusi yaitu menambahkan slogan reduce, reuse, dan recycle dengan replace. Replace akan menjadi amunisi baru untuk dapat menyelesaikan limbah plastik,” jelas Kevin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI