Dunia Dalam Berita di Museum Macan Tampilkan Wajah Reformasi Indonesia

Selasa, 16 April 2019 | 06:21 WIB
Dunia Dalam Berita di Museum Macan Tampilkan Wajah Reformasi Indonesia
Museum Macan selenggarakan pameran bertajuk Dunia Dalam Berita. (Dok. Museum Macan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dunia Dalam Berita di Museum Macan Tampilkan Wajah Reformasi Indonesia

Perkembangan seni kontemporer Indonesia pada masa menjelang dan setelah Reformasi 1998 akan terangkum dalam pameran bertajuk Dunia Dalam Berita di Museum Macan, Jakarta Barat.

Pameran tersebut akan menampilkan karya-karya dari sepuluh perupa kontemporer kenamaan Indonesia dan mulai diselenggarakan pada 1 Mei sampai 21 Juli 2019.

Pameran akan fokus membahas pergolakan politik menjelang dan setelah Reformasi. Tajuk Dunia Dalam Berita sendiri terinspirasi dari program berita populer di TVRI yang telah ditayangkan sejak 1973.

Baca Juga: Ilusi Optik di Museum Prancis Ini Bikin Melongo, Cuma Pakai Stiker?

Kurasi pameran berpusat pada dua peristiwa penting dalam perkembangan seni kontemporer di Indonesia, yaitu dampak transisi dari era Orde Baru ke Reformasi pada sekelompok perupa antara tahun 1990-an hingga awal 2000-an, juga pengaruh kultur pop global di Indonesia, yang muncul dari demokratisasi media dan visual.

Pameran ini akan menampilkan karya-karya dari sepuluh perupa Indonesia yaitu Agus Suwage (l. 1959), FX Harsono (l. 1949), Heri Dono (l. 1960), I GAK Murniasih (1966-2006), I Nyoman Masriadi (l. 1973), Krisna Murti (l. 1957), Mella Jaarsma (l. 1960), S. Teddy D. (1970-2016), Taring Padi (didirikan 1998), dan Tisna Sanjaya (l. 1958).

"Dalam pameran ini, Dunia dalam Berita diinterpretasi ulang sebagai cara-cara para perupa melihat dunia lewat pemberitaan dan media massa, dan Macan dengan bangga menampilkan karya-karya para perupa yang, melalui berbagai cara, memengaruhi cara publik memandang seni," ujar Direktur Museum Macan, Aaron Seeto.

Dunia dalam Berita menampilkan dua generasi perupa yang secara longgar dapat dikelompokkan berdasarkan keterlibatan mereka dengan media dan informasi, politik serta cara-cara baru dalam pembuatan visual.

Generasi pertama menggunakan bahasa artistik dan visual yang terbentuk dari pengalaman langsung tentang transformasi politik dan sosial yang disebabkan oleh Reformasi.

Baca Juga: Selain Narsis, Bisa Ikut Workshop di Museum Macan

Sedangkan, generasi berikutnya memiliki pendekatan visual yang lebih grafis, meskipun tetap politis, jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI