"Mereka tidak punya modal atau alat. Pangsa pasar tidak tahu harus dibawa ke mana. Itu yang sedang kami beri solusi. Jadi Dekranasda memberi tempat, memberi modal benang setelah itu mereka jual kembali ke kami. Mereka tidak harus mikir pangsa pasarnya," ujar Julie.
Perempuan yang baru saja menerima piagam penghargaan tokoh 'Pelopor Literasi Tenun Ikat Nagekeo NTT' oleh Bupati Nagekeo di Perpustakaan Nasional ini mengaku bahwa mempromosikan kain tenun Nagekeo memiliki beberapa tantangan. Menrutnya kini banyak industri yang menjual kain tenun printing. Hal ini kata dia bisa mematikan upaya pengrajin tenun ikat asal Nagekeo.
"Kami punya kendala masalah sekarang motif kami telah diprinting begitu merajalela itu yang mematikan pengrajin kami. Itu yang sedang kami cari solusinya, karena pengrajin membuat kain tenun butuh waktu lama, namun untuk kain printing bisa menggunakan mesin," tandasnya.