Kabupaten Nagekeo NTT Siap Gelar Festival Literasi Agustus Mendatang

Kamis, 11 April 2019 | 13:31 WIB
Kabupaten Nagekeo NTT Siap Gelar Festival Literasi Agustus Mendatang
Kabupaten Nagekeo NTT Siap Gelar Festival Literasi Agustus Mendatang. (Suara.com/Firsta Putri Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kabupaten Nagekeo, NTT, siap menghelat Festival Literasi pada Agustus 2019 mendatang. Hal ini disampaikan Bupati Kabupaten Nagekeo, Johanes Don Bosco Do, dalam soft launching di Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Johanea mengatakan bahwa meski baru berusia 12 tahun, kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Ngada ini tak mau ketinggalan dalam menyelenggarakan pentingnya literasi di antara warganya. Apalagi di era digital seperti sekarang, kemampuan literasi penting ditingkatkan agar tak ketinggalan zaman.

"Kita semua tahu bahwa perpustakaan sebagai penyangga peradaban. Melalui literasi, kami di Nagekeo dan NTT bisa menyongsong era digital seperti sekarang," ujar Johanes di sela-sela Soft Launching Festival Literasi Nagekeo, Kamis (11/4/2019).

Literasi sendiri tak hanya diartikan dengan gemar membaca buku. Sehingga pada Festival Literasi Nagekeo, Agustus nanti, Johanes mengatakan juga akan ada literasi tenun, literasi wisata, hingga literasi kuliner.

Baca Juga: Kampanyekan Literasi Keuangan, FWD Luncurkan Video Asuransi

Dalam kesempatan yang sama, Julie Sutrisno Laiskodat selaku Ketua Dekranasda NTT, mengatakan bahwa pemerintah daerah setempat memang sedang menggalakkan pentingnya membaca. Pihak Perpustakaan Nasional sendiri, kata dia, memfasilitasinya dengan buku bacaan yang beraneka ragam.

"Kami mau SDM kami berkualitas dan itu bisa dibangun lewat membaca. Di daerah kami juga banyak penenun, dan ini kita sosialisasikan pentingnya literasi tenun, sehingga orang bisa mengerti filosofi di balik hasil tenun itu sendiri," ujar Julie.

Itu sebabnya, kata Julie, ia yang membina beragam kelompok pengrajin tenun terus mengingatkan agar mereka tak salah dalam membuat motif tenun. Pasalnya berbeda motif, maka beda pula filosofinya.

"Melalui tenun bisa mengenal satu kabupaten seluruhnya. Misalnya ada air terjun dari atas ke bawah garis-garis, itu yang beneran tempatnya juga ada. Jadi wisata yang kami kembangkan, kami koneksikan ke tenun," imbuhnya.

Baca Juga: Cara Cashwagon Tingkatkan Pemahaman Literasi Keuangan Anak Yatim Piatu

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI