Belajar Membingkai Imaji Anak Pesisir Cilincing Lewat Kelas Jurnalis Cilik

Sabtu, 06 April 2019 | 10:05 WIB
Belajar Membingkai Imaji Anak Pesisir Cilincing Lewat Kelas Jurnalis Cilik
Kelas Jurnalis Cilik untuk anak-anak di pesisir Cilincing. (Suara.com/Risna Halidi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belajar Membingkai Imaji Anak Pesisir Cilincing Lewat Kelas Jurnalis Cilik

Area pesisir Cilincing identik dengan kawasan nelayan dengan kehidupan sosial ekonomi yang keras.

Tapi di saat yang sama, Cilincing juga dikenal dengan lokasi historisnya yang melegenda, seperti krematorium Cilincing sampai Wihara Lalitavistara.

Untuk memperkenalkan sisi historis tersebut, seorang warga setempat membentuk satu komunitas belajar bertajuk Kelas Jurnalis Cilik atau KJC.

Baca Juga: Komunitas Pelangi Wastra Ingin Kain Indonesia Dicintai Milenial

Menurut sang founder, Syamsudin Ilyas, Kelas Jurnalis Cilik adalah sebuah kelas lapangan untuk mewadahi anak-anak pesisir Cilincing belajar mengenai ilmu-ilmu dasar jurnalistik.

Ilyas memulai semuanya pada 2018 lalu. Kelas dibuka dengan jumlah peserta sampai 109 anak mulai dari tingkat SD sampai SMP. Tapi lambat laun, mereka yang bergabung dengan Kelas Jurnalis Cilik menyusut menjadi 33 anak.

Kelas Jurnalis Cilik untuk anak-anak di pesisir Cilincing. (Suara.com/Risna Halidi)
Kelas Jurnalis Cilik untuk anak-anak di pesisir Cilincing. (Suara.com/Risna Halidi)

"Semua tersaring dengan sendirinya," kata Ilyas kepada Suara.com, baru-baru ini.

Untuk mendapat 109 anak yang menjadi peserta awal, ternyata Ilyas harus sedikit banyak berjuang.

Beberapa orang tua peserta memberikan pertanyaan tentang tujuan diadakannya kegiatan tersebut.

Baca Juga: Datangi Komunitas Waria, KPU Ajak Gunakan Hak Pilih di Pemilu 2019

Tapi ia bertekad tetap menjalankan kegiatan positif dengan alasan untuk memberikan memori baik bagi anak-anak pesisir di Cilincing.

"Karena anak-anak sudah kebentuk dari kenakalannya. Jadi saya ingin memberikan ilmu positif untuk anak-anak," tambahnya.

Apalagi, tambah Ilyas, lokasi tempat ia mengajar masuk dalam kawasan sosial ekonomi yang keras.

Anak-anak terbiasa bekerja setelah pulang sekolah, terlalu sering bergaul dengan orang dewasa, dan terbiasa bicara dengan bahasa yang kasar.

Kelas Jurnalis Cilik untuk anak-anak di pesisir Cilincing. (Suara.com/Risna Halidi)
Kelas Jurnalis Cilik untuk anak-anak di pesisir Cilincing. (Suara.com/Risna Halidi)

"Apalagi ruang bermain juga hampir tidak ada. Kita punya laut tapi disekat jadi anak-anak tidak ada akses ke pantai," ujarnya lagi.

Lalu kenapa ilmu jurnalistik yang diajarkan? Ternyata Ilyas merupakan seorang fotografer jurnalistik. Saat ini ia bekerja sebagai fotografer lepas untuk beberapa media di Indonesia.

Tapi selain itu, Ilyas mengaku ingin melatih watak dan mental anak-anak supaya dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain.

Untuk menjalankan Kelas Jurnalis Cilik sendiri, Ilyas beberapa kali dibantu oleh teman-teman jurnalis berbagai platform mulai dari online hingga televisi.

Mereka gotong-royong ikut memberikan materi pembelajaran sampai udunan membantu jalannya kelas.

Kelas sendiri dibuat selama empat bulan masa pembelajaran. Satu bulan pertama, anak-anak diajari teknik dasar penulisan dan wawancara. Bulan kedua, mereka diberikan penganalan alat merekam dan alat-alat kerja jurnalistik lainnya termasuk kamera untuk memotret.

Kelas Jurnalis Cilik untuk anak-anak di pesisir Cilincing. (Suara.com/Risna Halidi)
Kelas Jurnalis Cilik untuk anak-anak di pesisir Cilincing. (Suara.com/Risna Halidi)

Bulan ketiga, anak-anak diajari teknik dasar dan pemberian materi dari teman-teman wartawan lain. Memasuki bulan keempat, anak-anak dibiarkan melakukan pemotretan dan menyiapkan pameran sebagai tanda kelulusan.

Tempat-tempat yang dijadikan kelas lapangan juga cukup memarik. Di antaranya adalah krematorium Cilincing, area pengupasan kerang hijau, saung nelayan, dan area belah kapal.

Keempat area tersebut dianggap sangat dekat dengan anak-anak namun juga memiliki nilai cerita yang sangat tinggi.

"Setelah empat bulan, kami melakukan pameran dan memanfaatkan ruang publik di area perkampungan Cilincing," jelasnya.

Untuk urusan peralatan terutama kamera, Ilyas memiliki 3 senjata utama yakni dua DSLR dan satu ponsel pintar miliknya.

Sayang, ponsel tersebut sudah bonyok dibanyak sisi karena sering terjatuh ketika digunakan sebagai alat praktik.

Meski dibuat laiknya kelas formal dengan ketentuan pertemuan seminggu sekali setiap hari Sabtu, tapi kini Kelas Jurnalis Cilik telah berubah menjadi komunitas kegiatan baik bagi anak-anak Cilincing.

Kelas Jurnalis Cilik untuk anak-anak di pesisir Cilincing. (Suara.com/Risna Halidi)
Kelas Jurnalis Cilik untuk anak-anak di pesisir Cilincing. (Suara.com/Risna Halidi)

Angkatan pertama yang telah 'lulus' akan tetap dipantau oleh Ilyas dan penggerak KJC lain sembari tetap menjalankan KJC angkatan-angkatan selanjutnya.

Setiap Sabtu atau Minggu, anak-anak selalu berkumpul melakukan jogging bersama, berlari kecil mengitari perkampungan nelayan di Cilincing.

Mereka bercerita tentang apa saja, termasuk sedikit demi sedikit mempersiapkan kegiatan selanjutnya.

"Angkatan pertama ini akan ikut Jakarta International Photo Festival pada Juli dan ini batu pertama kali di Indonesia. KJS akan presentasi di sana."

Kata Ilyas, Kelas Jurnalis Cilik angkatan kedua akan dimulai akhir April 2019 ini.

Meski belum mendapat susunan anak calon didik, Ia sudah membatasi hanya sekitar 50 kuota. Kelas sendiri dibuka secara gratis tapi hanya diperuntukkan bagi anak-anak Cilincing.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI