"Karena anak-anak sudah kebentuk dari kenakalannya. Jadi saya ingin memberikan ilmu positif untuk anak-anak," tambahnya.
Apalagi, tambah Ilyas, lokasi tempat ia mengajar masuk dalam kawasan sosial ekonomi yang keras.
Anak-anak terbiasa bekerja setelah pulang sekolah, terlalu sering bergaul dengan orang dewasa, dan terbiasa bicara dengan bahasa yang kasar.
"Apalagi ruang bermain juga hampir tidak ada. Kita punya laut tapi disekat jadi anak-anak tidak ada akses ke pantai," ujarnya lagi.
Baca Juga: Komunitas Pelangi Wastra Ingin Kain Indonesia Dicintai Milenial
Lalu kenapa ilmu jurnalistik yang diajarkan? Ternyata Ilyas merupakan seorang fotografer jurnalistik. Saat ini ia bekerja sebagai fotografer lepas untuk beberapa media di Indonesia.
Tapi selain itu, Ilyas mengaku ingin melatih watak dan mental anak-anak supaya dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain.
Untuk menjalankan Kelas Jurnalis Cilik sendiri, Ilyas beberapa kali dibantu oleh teman-teman jurnalis berbagai platform mulai dari online hingga televisi.
Mereka gotong-royong ikut memberikan materi pembelajaran sampai udunan membantu jalannya kelas.
Kelas sendiri dibuat selama empat bulan masa pembelajaran. Satu bulan pertama, anak-anak diajari teknik dasar penulisan dan wawancara. Bulan kedua, mereka diberikan penganalan alat merekam dan alat-alat kerja jurnalistik lainnya termasuk kamera untuk memotret.
Baca Juga: Datangi Komunitas Waria, KPU Ajak Gunakan Hak Pilih di Pemilu 2019
Bulan ketiga, anak-anak diajari teknik dasar dan pemberian materi dari teman-teman wartawan lain. Memasuki bulan keempat, anak-anak dibiarkan melakukan pemotretan dan menyiapkan pameran sebagai tanda kelulusan.