Suara.com - Earth Hour atau kegiatan memadamkan lampu selama satu jam pada 30 Maret lalu, tak hanya dilakukan di rumah-rumah penduduk. Berbagai hotel yang berlokasi di kawasan pariwisata terpadu, seperti The Nusa Dua, Bali, juga melakukan pemadaman lampu selama masa Earth Hour.
Managing Director Nusa Dua, I Gusti Ngurah Ardita, mengatakan bahwa kawasan The Nusa Dua menjadi kawasan pariwisata pertama di Asia yang menyelenggarakan Earth Hour, khususnya dengan melakukan pemadaman lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai di kawasan tersebut selama satu jam.
"Partisipasi ini menjadi simbol dari kepedulian dan komitmen kami terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan yang didasari oleh gaya hidup sehari-hari, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan, sesuai dengan nilai-nilai Tri Hita Karana yang kami terapkan dalam pengelolaan kawasan," ujar Ngurah Ardita dalam keterangan resmi yang diterima Suara.com.
Selain melakukan aksi pemadaman lampu serentak, dalam peringatan Earth Hour 2019, The Nusa Dua juga menggelar beragam jenis kegiatan dan atraksi, di antaranya Jimbe percussion, akustik lingkungan hidup, fire dance, 60 + Configuration (Candles) dan beragam kegiatan lainnya.
Baca Juga: Kampanye Earth Hour, Sandiaga Nonton Debat Lewat Live Streaming di HP
Satu hari sebelumnya, peringatan Earth Hour 2019 di The Nusa Dua juga diisi dengan kegiatan Beach Clean Up dan penanaman pohon. Beach Clean Up dilakukan dari Pantai Samuh sampai leher Pulau Peninsula, sedangkan kegiatan penanaman pohon dilakukan di Pulau Nusa Dharma berupa penanaman 60 pohon langka.
Kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan WWF Indonesia, Komunitas Peduli Sampah Plastik Trash Hero Indonesia, penggagas program Peduli Sampah Plastik (to Clean, to Educate, to Change), pelajar dari sekolah setempat, dan seluruh tenant The Nusa Dua.
"Earth Hour sejatinya adalah simbol untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat untuk tetap menjalankan gaya hidup ramah lingkungan setiap harinya. Hal ini juga sejalan dengan komitmen ITDC untuk mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan melalui penerapan prinsip-prinsip berkelanjutan di destinasi-destinasi pariwisata yang Perusahaan kembangkan," tambah Ngurah Ardita.
Sebagaimana amanat dari Permen Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, pembangunan Indonesia sebagai destinasi pariwisata yang berkelanjutan, harus melibatkan semua pihak termasuk wisatawan yang berkunjung ke destinasi.
"Wisatawan diharapkan tidak sekedar berkunjung ke destinasi, tapi juga terlibat menjaga lingkungan dan budayanya. Prinsipnya adalah People, Planet, Prosperity, atau pemberdayaan masyarakat, kelestarian alam, dan peningkatan kesejahteraan," tandas Ngurah Ardita.
Baca Juga: Kampanye Earth Hour Saat Nobar Debat, Sandiaga: Kita Gelap-gelapan Bareng