Suara.com - Usia masih belia, 22 tahun saat diterima menjadi perangkat desa Pelakar, Merangin, Jambi. Namun pekerjaan menantang langsung ia terima. Blusukan ke Suku Anak Dalam untuk berkarya.
Dengan penampilan sederhana, tidak ada yang mencolok dari Sri Utami alias Uut. Hijabnya sederhana dan minim aksesori. Namun, senyum tulus selalu terpancar dari wajah wanita tangguh yang turut berperan pada program pendampingan Suku Anak Dalam Jambi ini.
Pertama kali Dewiku.com bertemu dengan Uut pada awal November tahun lalu. Dia terbang dari Jambi untuk mewakili Sumatra Sustainable Support (SSS) Pundi Sumatera dalam Temu Pandu Inklusi Nusantara (PINTAR) yang dilaksanakan Program Peduli di Grand Mercure Yogyakarta.
Kala itu Uut berbagi cerita tentang pengalamannya mendampingi suku anak dalam di Jambi. Tugasnya sebagai perangkat desa membuat Uut harus turut merangkul Suku Anak Dalam yang masuk dalam wilayahnya.
Bersama dengan rekan lainnya yang terdiri dari gabungan anggota LSM dan staf pemerintahan, Uut membantu Suku Anak Dalam Jambi untuk mendapatkan hak sebagai warga negara.
''Waktu itu tahun 2014, saya pertama kali bertemu Suku Anak Dalam sebagai perangkat desa,'' ujar wanita yang kini mengepalai urusan keuangan di Desa Pelakar Jaya, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin itu, kepada DewiKu beberapa waktu lalu.
Uut yang masih berusia 22 tahun saat itu, terjun untuk mendata Suku Anak Dalam yang masuk dalam wilayahnya.
''Saya membantu pembuatan program kependudukan seperti KK, KTP dan Akte Kelahiran,'' ujarnya.
Di luar dugaan, berhubungan dengan Suku Anak Dalam ternyata tidak sesulit yang dia bayangkan. Mereka yang masuk sebagai warga Desa Pelakar Jaya tidak lagi berpenampilan asing.
Uut bahkan mengatakan tidak ada bedanya berhadapan dengan warga biasa dan Suku Anak Dalam.
Dilansir dari berbagai sumber, Suku Anak Dalam saat ini terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, mereka yang lahir dan menetap di tengah hutan. Kedua, mereka yang tinggal di Hutan tanaman Industri (HTI). Selanjutnya yang ketiga, mereka yang sudah membaur dengan warga lain dan dekat dengan pemukiman warga.
Lebih lanjut, Uut mengatakan jika Suku Anak Dalam yang dia dampingi termasuk kelompok ketiga. Mereka tinggal di dekat pemukiman dan sudah terbuka dengan warga sehingga cukup mudah melakukan pendekatan.
''Mereka justru senang karena mendapat perhatian dari pemerintah,'' ujar Uut.
Uut juga mengatakan kini Suku Anak Dalam yang menjadi warga Desa Pelakar Jaya sudah difasilitasi rumah dan mendapatkan jatah beras setiap bulannya.
Ketika ditanya sudah seberapa modern kehidupan Suku Anak Dalam yang dia dampingi, Uut malah menjawab sambil terkekeh.
''Mereka sudah bisa smoothing rambut dan punya motor untuk ke kebun,'' ungkapnya.
Ke depannya, Uut yang bisa dikatakan wanita tangguh ini berharap Suku Anak Dalam lebih dipermudah ketika mengakses pelayanan publik.
Uut juga berharap potensi ibu-ibu Suku Anak Dalam bisa lebih digali, misalnya melalui program pelatihan yang berkelanjutan.
Siapa Uut dan apa kontribusinya untuk Suku Anak Dalam Jambi?
Wanita yang kerap disapa Uut ini memiliki nama lahir Sri Utami. Lahir di Jambi 24 tahun lalu dan mengaku hanya menamatkan pendidikan formalnya di tingkat SMP.
Meskipun cuma berbekal ijazah SMP, Uut tidak menyerah jadi wanita yang berguna untuk orang lain. Terbukti di usianya yang masih sangat belia kala itu, Uut sudah terdaftar jadi perangkat desa di Pelakar Jaya, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin.
Mengawali kariernya sebagai staf, prestasi Uut dinilai cemerlang. Wanita berhijab ini sudah bertanggung jawab sebagai Kepala Urusan Keuangan di usia yang bahkan belum menginjak 25 tahun.
Saat kembali dihubungi DewiKu belum lama ini, Uut mengatakan jika dirinya ingin terus menambah ilmu dan sekolah.
''Aku sudah punya ijazah kesetaraan Paket C SMA. Tahun ini pengin banget daftar kuliah,'' ujar wanita yang juga tak pernah lelah mendampingi Suku Anak Dalam Jambi ini.
Semangatnya untuk terus berguna bagi orang lain patut kita apresiasi. Indonesia tentu membutuhkan Uut-Uut lainnya untuk mengisi kemerdekaan. Semangat anak muda seperti Uut inilah yang mendorong Indonesia lebih maju. (Dewiku/Rima Suliastini).