Suara.com - Sakit Autoimun, Perempuan Ini Tak Memiliki Sehelai Rambut di Seluruh Tubuh.
Hidup dengan Alopecia Areata bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Ini adalah suatu kondisi kerontokan rambut yang disebabkan oleh serangan sistem imunitas tubuh sendiri (autoimun) terhadap folikel.
Penderita Alopecia Areata biasanya mengalami kebotakan rambut, atau rambut-rambut halus secara cepat, serta kehilangan rambut atau bulu halus di seluruh bagian-bagian tubuh yang ditumbuhi rambut, seperti alis, kumis, bulu mata, dan sebagainya.
Kisah inspiratif kini datang dari perempuan bernama Rebecca Dawe yang berasal dari Bedfordshire, yang mengalami Alopecia Areata. Dia mengaku bahkan menghabiskan waktu hingga lebih dari 20 tahun untuk merahasiakan kondisinya.
Baca Juga: 10 Penyakit Langka dan Dampaknya yang Jarang Diketahui
"Ketika Anda tidak memiliki rambut, asumsi alami adalah bahwa Anda sakit atau Anda menderita kanker. Ketika semua rambut saya rontok pertama kali, saya merasa sangat kesulitan. Orang-orang bahkan membiarkan saya melewati antrian dan lain-lain karena mereka mengira saya sakit. Saya merasa seperti penipu," ungkap dia.
Mengutip Metro, suatu hari Rebecca mulai kehilangan rambutnya ketika dia berusia 16 tahun, ia menemukan ada kebotakan kecil pada salah satu bagian rambutnya.
"Itu tepat di atas telinga. Saya tidak akan pernah melupakan itu. Reaksi awal saya adalah saya ketakutan. Saya tidak pernah tahu ada yang botak atau semacamnya. Saya dipenuhi dengan kepanikan," kata dia.
![Ilustrasi rambut rontok. (Sumber: Shutterstock)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2014/09/08/shutterstock_92096585.jpg)
Pada saat itu, Rebecca berada sedang berada di masa remajanya. Satu-satunya penyebab rambut rontok yang pernah dia dengar adalah efek dari kemoterapi. Di berpikir ditinya menderita kanker.
Dia lantas pergi ke dokter dan disarankan menggunakan krim steroid dan merasa sedikit tenang bahwa kondisinya cukup umum. Dokter tidak mengatakan kepadanya secara persis mengapa itu terjadi, selain karena respons autoimun di mana tubuhnya mulai menyerang rambutnya sendiri.
Baca Juga: Pernah Operasi, Hidung Perempuan Ini Membesar Kena Penyakit Langka
Meskipun menerapkan krim seperti yang diinstruksikan, pitaknya menjadi lebih besar tetapi karena posisinya berada di bagian bawah kulit kepalanya, ia mampu menyembunyikannya. Pada usia 20 tahun, Rebecca bepergian, di mana dia mulai menyadari kondisinya semakin buruk.
"Saya di Australia dan ketika itu semakin melebar ke arah pinggir. Saya merasa sakit karena saya tidak pernah kehilangan apa-apa dari atas kepala saya. Saya tinggal di hostel di luar negeri dan saya mendidihkan air panas kemudian mencoba merangsangnya," ungkapnya.
Dirinya mulai malu untuk keluar dan mulai membatasi lingkaran pertemanannya. Rebecca ingin melanjutkan hidupnya, tapi dia seorang diri.
![Ilustrasi perempuan pakai wig pirang (Shutterstock)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/07/20/41656-perempuan-pakai-wig-pirang.jpg)
"Saya memakai wig untuk bekerja dan saya merasa sangat terhina," ujar dia.
Rambut Rebecca memang pernah kembali satu saat, tetapi setelah kelahiran anak keduanya, rambutnya rontok lagi dan tidak pernah kembali selama bertahun-tahun. Dia mengenakan wig hampir terus-menerus dan dia tidak ingin berbicara kepada siapa pun tentang kerontokan rambutnya.
Tetapi beberapa tahun yang lalu, dia mulai membuka dirinya. Facebook menjadi media pilihannya untuk keluar dengan kebotakannya. Setelah dirinya menerima dukungan dari semua orang, dia menyadari betapa kebebasan menjadi lebih terbuka baginya.
"Saya mulai go public untuk pertama kalinya melalui Facebook. Saya benar-benar takut untuk melakukan itu. Tapi responsnya luar biasa dan orang-orang mengatakan kepada saya bahwa mereka menangis. Itu benar-benar mendorong saya untuk terus maju," kata dia lagi.
Seiring waktu, dia menyadari bahwa dia dapat mengubah pengetahuannya dengan menjalani sebuah bisnis. Karenanya dia memutuskan untuk mendirikan Hair Necessity, bekerja dengan perempuan lain seperti dirinya, agar menemukan cara untuk membantu mereka mengatasi rambut rontok.
Tetapi Rebecca merasa bahwa perjalanan penerimaannya tidak lengkap karena dia masih berjuang untuk pergi tanpa wig. Tahun lalu, dia memutuskan untuk membuat tato di seluruh kepalanya sehingga dia akhirnya bisa merasa percaya diri dengan kepalanya yang botak.
"Saya sedang berbicara dengan perempuan lain di bisnis saya tentang cara mengatasi kerontokan rambut tetapi saya merasa masih belum sepenuhnya berdamai dengan perasaan saya karena saya masih membenci ketika orang-orang melihat saya tanpa wig saya," ujarnya.
Rebecca memutuskan membuat tato di kepalanya tidak hanya untuk membuat dirinya merasa nyaman tetapi juga untuk membuat orang lain merasa nyaman tidak membicarakan tentang kerontokan rambutnya.
Tato, yang dirancang oleh Terri di Inkantations, menampilkan bunga, burung, dan kelinci. Rebecca tertawa melihat desainnya.
"Desainnya sendiri tergantung pada sang seniman. Saya memintanya untuk membuat kelinci di sana agar saya dapat memiliki rambut kembali. Saya memang menginginkannya bertema alam dan sangat feminin. Saya tidak ingin tato yang membuat saya terlihat mengintimidasi. Saya ingin orang-orang merasa seperti mereka bisa mendekati saya dan berbicara kepada saya tentang hal itu. Selama tiga sesi, tato itu dibuat di seluruh kepalanya dan akhirnya selesai pada Januari," ungkap dia.
Berbicara tentang alopecia sangat penting baginya. Bahkan kini, Rebecca membentuk kelompok pendukung di rumah sakit lokal di Bedfordshire untuk orang-orang dengan semua jenis kerontokan rambut.
"Saya ingin menunjukkan bahwa ada harapan setelah rambut rontok. Orang-orang benar-benar berbicara kepada saya sekarang dan itu tidak akan pernah terjadi jika saya tidak mengekspos diri saya sedikit pun," tutup dia.