Pentingnya Menyadarkan Milenial Tentang Spiritual Saving

Sabtu, 23 Maret 2019 | 07:30 WIB
Pentingnya Menyadarkan Milenial Tentang Spiritual Saving
Ilustrasi beramal [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pentingnya Menyadarkan Milenial Tentang Spiritual Saving.

Kesadaran beragama masyarakat Muslim di Indonesia semakin meningkat seiring perkembangan zaman. Teknologi dan media komunikasi menjadi perantara utama yang membuat masyarakat menjadi semakin terkoneksi dengan informasi, tidak terkecuali soal pendalaman pengetahuan agama. Konten-konten dakwah di sosial media sangat diminati masyarakat, seperti akun Instagram Ustadz Hanan Attaki yang memiliki 6,3 juta pengikut, serta Ustadz Abdul Somad yang memiliki 8,3 juta pengikut.

Sebelum era digital, kesadaran beragama setiap individu cenderung muncul di fase middle-aged crisis (45-64 tahun) sertalater-life crisis (60 tahun), yang bisa dilihat pada generasi Baby Boomers dan generasi X. Kondisi hari ini berbeda ketika kesadaran beragama pada individu sudah berproses di usia muda, seperti yang dialami generasi millennial dan generasi Z.

Pada 2017, Varkey Foundation melakukan riset pada 20 negara, di mana 93% generasi Z Indonesia (usia 18-21) percaya bahwa komitmen terhadap agama menjadi salah satu faktor penting kebahagiaan bagi mereka. Presentase ini cukup tinggi dibandingkan rata-rata dunia yang hanya sebesar 44%. Berbagai kelompok kajian pun muncul di kota-kota besar, yang kemudian kita kenal dengan semangat untuk berhijrah.

Baca Juga: Rooney: Solskjaer Kandidat Tunggal Manajer Manchester United

Manifestasi kesadaran tersebut tercermin dalam dua pilar besar, yaitu relasi dengan Tuhan serta relasi dengan manusia. Dari segi pragmatis, relasi dengan Tuhan merupakan praktik ibadah sehari-hari umat Muslim, seperti shalat, puasa, dan perjalanan haji/umroh. Sementara, relasi dengan manusia bisa dilakukan lewat amalan baik yang memberikan manfaat bagi hidup orang lain.

Putri Madarina, MM., CFP., perencana keuangan dan investasi Syariah mengatakan, jika dilakukan dengan ikhlas, amalan tersebut akan menjadi spiritual saving bagi seseorang, dimana kebaikannya terhadap sesama akan memperoleh pahala dari Tuhan. Dalam hidup sehari-hari, mungkin Anda sudah terbiasa melakukan amalan sederhana, seperti silaturahmi kepada teman lama lewat perangkat WhatsApp, memberikan tips pada driver online, atau membantu seseorang menyebrang jalan.

Meskipun praktik untuk beramal baik sangat banyak dan mudah dilakukan, memupuk kebiasaan spiritual saving ini dipandang perlu dilatih dan dikelola secara serius. Dalam artian, komitmen untuk melakukan sedekah jangan sampai terputus karena perencanaan keuangan yang tidak matang.

Putri Madarina, memandang amalan baik yang melibatkan pengeluaran atas harta pribadi adalah salah satu ujian keimanan paling menantang. Sebagai pemerhati investasi syariah yang mendalami berbagai instrumen keuangan syariah. Ia pun mengaku menjalani sendiri konsep spiritual saving dalam hidupnya untuk memperkuat keimanan serta melakukan aksi nyata terhadap sesama.

“Jika selama ini kita giat berinvestasi untuk mencapai beragam tujuan finansial seperti properti maupun harta yang dinikmati selama kita hidup, spiritual saving adalah amalan baik yang kita kerjakan sebagai investasi kita di kehidupan berikutnya, atau yang diyakini umat muslim adalah alam akhirat. Sederhananya, berinvestasi untuk mengharap berkah Tuhan. Salah satu praktik paling mudah dan umum dilakukan adalah menyisihkan harta kita lewat sedekah,” ujar Putri Madarina melalui informasi media yang diterima Suara.com dari Dialogue Communication.

Baca Juga: Ini Penjelasan Ilmiahnya, Mengapa Lama Waktu Terasa Semakin Cepat

Menurutnya, konsep sedekah berbeda dengan zakat, dimana dalam hukum Islam, zakat adalah perintah wajib bagi umat Muslim yang telah mencapai nisab (batasan kekayaan seseorang untuk menjadi wajib zakat). “Zakat harta sudah jelas proporsinya sebesar 2,5% dari penghasilan, sementara sedekah tidak memiliki besaran nilai tertentu serta sifatnya merupakan anjuran. Di situlah letak komitmen kita berinvestasi terhadap Allah SWT,” terangya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI