Suara.com - Kain Sumba Memang Punya Corak dan Warna Khas, Jaga dengan Perawatan Ini.
Tak berbeda dengan alamnya yang indah, kain khas Sumba yang juga dikenal dengan Kain Hinggi ini terkenal cantik dan menawan.
Sayangnya, masih banyak masyarakat kota pecinta kain Nusantara yang bingung cara merawat kain Sumba tersebut.
Maka tak heran banyak dari mereka terkejut kala mencuci kain Hinggi, warna kain luntur tak berkesudahan.
Baca Juga: Rambah Bisnis Fesyen, Ini Cerita Natasha Rizky Tentang Alur Cerita
Tapi menurut Sipri, seorang penjual Hinggi sekaligus pemuda asli Sumba Timur, kain Sumba tak melulu harus dicuci.
"Masyarakat Sumba biasanya setelah memakai kain, akan dijemur untuk diangin-angin. Tapi juga jangan di bawah sinar matahari langsung," kata Sipri kepada Suara.com di Jakarta, Rabu, (20/3/2019).
Mencuci kain, kata Sipri, hanya dilakukan saat sangat diperlukan saja. Dan meski saat dicuci luntur, Sipri memastikan bahwa biasanya itu terjadi pada pencucian pertama saja.
Sipri bercerita, setiap laki-laki Sumba akan memiliki 3 Hinggi. Hinggi pertama dipakai sebagai sarung, Hinggi kedua atau Hinggi nduku akan dipakai sebagai selendang, sementara Hinggi satunya, akan disimpan untuk diberikan kepada calon mantu kelak.
Motif Hinggi sendiri bermacam-macam. Ada motif buaya sebagai simbol seorang raja, motif ayam sebagai simbol keindahan, motif kuda sebagai alat transportasi umum hingga motif kura-kura sebagai simbol istri seorang raja.
Baca Juga: Juara All England 2019, Hendra / Ahsan Kembali Kecipratan Bonus Rp 225 Juta
Ada dua warna utama pada kain Hinggi. Warna merah biasanya didapatkan dari akar mengkudu dan warna biru yang didapatkan dari daun nila.
Untuk satu kain Sumba Hinggi asli dengan corak dan warna memukau ini biasa dijual dengan harga Rp 2.5 juta hingga puluhan juta.