Suara.com - Festival Jajanan Bango menjadi destinasi wisata kuliner yang selalu dikerubungi pengunjung yang rindu beragam kuliner nusantara khas yang selama ini hanya bisa ditemukan di daerah.
Nah, selain ragam kuliner nusantara, di Festival Jajanan Bango 2019 kali ini, Anda juga bisa menjajal tiga kuliner langka yang mungkin sulit ditemukan. Ingin tahu apa saja tiga kuliner langka yang wajib Anda cicipi di Festival Jajanan Bango? Suara.com merangkumnya untuk Anda.
1. Bubur Ase Bu Neh, Jakarta
Bagi Anda yang tinggal di daerah Jakarta, tentu kurang familiar dengan bubur satu ini. Padahal Bubur Ase Bu Neh sudah ada sejak 1968. Warung yang berlokasi di gang sempit kawasan Kebon Kacang ini mungkin menjadi satu dari beberapa penjaja Bubur Ase khas Betawi yang ada saat ini.
Baca Juga: Hal Ini yang Buat YouTube Kerepotan Hapus Video Penembakan di Selandia Baru
Disampaikan Heru, generasi penerus Bu Neh, Bubur Ase merupakan bubur khas betawi yang memadukan asinan sawi dengan kuah semur. Citarasa dari Bubur Ase ini sendiri cukup nano-nano karena perpaduan dari rasa asin, pedas, manis dan gurih. Untuk seporsi Bubur Ase ini dibanderol Rp 15 ribu.
"Bubur Ase memang sudah langka karena penjajanya sedikit dan biasanya turun temurun. Di Jakarta yang saya tahu hanya tinggal 3 penjual," ujar Heru.
2. Sate Kuah Pak H. Diding, Jakarta
Berdiri sejak tahun 1960, Sate Kuah Pak H. Diding merupakan salah satu warung yang masih bertahan menjajakan hidangan Sate Kuah, kuliner langka yang unik karena menggabungkan sate sapi dengan Soto Tangkar khas Betawi. Meskipun Pak Diding sudah meninggal dunia, kedua anaknya tetap bertekad mengembangkan usaha ini ke beberapa tempat dengan konsep yang sederhana.
Yang membanggakan, Sate Kuah Pak H. Diding sempat mengharumkan nama Indonesia di tengah perhelatan kuliner internasional ”World Street Food Congress” yang berlangsung di Singapura tahun 2013 silam. Untuk harganya sendiri, seporsi Sate Kuah ini dibanderol Rp 25 ribu.
Baca Juga: Romahurmuziy Jadi Tersangka Suap, PPP Minta Maaf
3. Cungkring Pak Jumat, Bogor
Usaha Cungkring Pak Jumat yang legendaris sudah dirintis sejak tahun 1975, menjajakan kudapan Cungkring khas Bogor yang kini langka ditemukan meski di daerah asalnya. Cungkring merupakan kependekan dari Cungur dan Garing, berupa paduan cingur (hidung sapi), kikil sapi, dan lontong yang disiram dengan bumbu kacang, disertai sensasi garing dari gorengan tempe kering.
Sampai sekarang, putra dari Pak Jumat, yakni Pak Deden, masih menjajakan Cungkring menggunakan pikulan sebagai ciri khas. Karena keterbatasan modal, Pak Deden hanya mampu berjualan dari pagi hingga siang hari, sementara antrean pelanggan selalu memadati pinggiran Jl. Suryakencana tempat beliau berjualan.
"Ya tantangannya lebih ke modal. Jadi rencananya saya ingin buka cabang baru sehingga bisa buka dari pagi sampai sore atau malam," tandas dia.
Harga seporsi Cungkring ini dibanderol Rp 25 ribu. Sensasi kikil rebus berpadu dengan kuah kacang dan kerupuk tempe menghasilkan rasa manis dan gurih.