Jumlah Push Up Bisa Prediksi Risiko Penyakit Jantung, Kok Bisa?

Selasa, 19 Februari 2019 | 12:20 WIB
Jumlah Push Up Bisa Prediksi Risiko Penyakit Jantung, Kok Bisa?
Ilustrasi push up dapat predisi risiko penyakit jantung. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jumlah Push Up Bisa Prediksi Risiko Penyakit Jantung, Kok Bisa?

Sebuah studi menyebutkan bahwa jumlah push up yang dilakukan lelaki dapat memprediksi seberapa besar risikonya terkena penyakit kardiovaskular.

Temuan yang didapat peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health ini menemukan, lelaki yang dapat melakukan 40 push up berisiko 96 persen lebih rendah mengalami penyakit jantung dan stroke dibandingkan mereka yang hanya melakukan 10 push up atau kurang. 

Untuk mengarah pada temuan ini peneliti menganalisis 1.104 petugas pemadam kebakaran dengan usia rata-rata 39,6 tahun dan BMI 28,7. Penelitian yang memakan waktu 10 tahun ini membandingkan jumlah push up yang dapat dilakukan petugas pemadam kebakaran pada 2000 dan 2010.

Baca Juga: Anies Belum Terima Dua Nama Cawagub Pengganti Sandiaga Uno

Setiap tahun para peserta juga diminta mengukur kesehatan fisik mereka, dan mengisi kuesioner tentang kesehatan mereka dilansir Newsweek.

Pada akhir penelitian, peneliti mendapat laporan ada 37 kasus yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular dialami para respondennya. Namun para peneliti mencatat di antara lelaki yang mampu push up diatas 40 kali hanya satu orang yang dilaporkan menderita penyakit kardiovaskular.

Profesor Stefanos Kales, dari Departemen Kesehatan Lingkungan di Harvard Chan School selaku peneliti utama mengatakan bahwa push up bisa menjadi prediktor untuk menilai kesehatan jantung seseorang dalam sepuluh tahun mendatang dibandingkan tes treadmill.

“Kegiatan push-up adalah aktivitas tanpa biaya, cepat, dan sederhana yang dapat menjadi alat penilaian klinis yang berguna dan obyektif untuk mengevaluasi risiko penyakit kardiovaskular,” ujar Prof Kales.

Sementara itu Dennis Bruemmer, seorang profesor kedokteran dan ahli jantung di Heart and Vascular Institute di University of Pittsburgh Medical Center, Pennsylvania, mengatakan, tidak aktif secara fisik merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.

Baca Juga: Jalani Sidang Lanjutan, Ahmad Dhani: Saya Enggak Boleh Bicara sama Polisi

"Sebaliknya, aktivitas fisik mengurangi risiko kardiovaskular," ujar Bruemmer.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI