Theti Numan Agau, Bukti Perempuan Mampu Melawan Perubahan Iklim

Senin, 18 Februari 2019 | 13:55 WIB
Theti Numan Agau, Bukti Perempuan Mampu Melawan Perubahan Iklim
Theti Numan Agau, perempuan asli Dayak yang berjuang melawan perubahan iklim. (Dok. BRG)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Theti Numan Agau, Bukti Perempuan Mampu Melawan Perubahan Iklim

Perempuan memiliki peluang besar untuk berkontribusi dalam upaya kolektif melawan perubahan iklim. Hal ini yang dilakukan Theti Numan Agau. Perempuan Dayak asal Desa Mantangai Hilir, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas.

Tinggal di wilayah yang mengalami bencana kebakaran hutan dan lahan parah pada 2015 silam membuat Theti susah bernapas. Selain itu Theti juga mengaku susah melakukan aktivitas lainnya termasuk bekerja. Otomatis, selama kebakaran ini, ia hanya mengandalkan sisa-sisa panen terdahulu.

Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) sendiri melansir bahwa orang yang mengungsi akibat perubahan iklim 80 persennya adalah perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan di seluruh dunia memiliki hak yang lebih sedikit. 

Baca Juga: Cerita Indra Bekti Buktikan Kepeduliannya Terhadap Pejuang Kanker

Mereka juga lebih sedikit uang, dan lebih sedikit kebebasan sehingga pada saat kondisi ekstrem seperti bencana alam, perempuan sering menjadi pihak yang terpukul paling keras. Meskipun perempuan paling merasakan efek dari perubahan iklim, mereka memiliki peluang besar untuk berkontribusi melawan perubahan iklim .

Theti memulai melawan perubahan iklim akibat kebakaran hutan dengan bergabung dengan kelompok petani binaan Badan Restorasi Gambut (BRG). Lewat pelatihan ini, Theti diajarkan bagaimana metode pertanian ramah lingkungan untuk menyuburkan lahan.

Theti Numan Agau, perempuan asli Dayak yang berjuang melawan perubahan iklim. (Dok. BRG)
Theti Numan Agau, perempuan asli Dayak yang berjuang melawan perubahan iklim. (Dok. BRG)

Hal ini berbanding terbalik dengan kebiasaan petani umumnya yang melakukan pembakaran lahan gambut untuk menyuburkan tanah. Kebakaran besar yang terjadi pada tahun 2015 di beberapa provinsi di Kalimatan, membuat BRG mulai mengadakan pendekatan ke beberapa tokoh petani di desa-desa kunci. Salah satu petani yang ada dalam program inisiasi BRG adalah Theti Numan Agau.

"Kami tidak lagi membakar lahan dan diajarkan untuk membuat pupuk alami,“ ujar Theti. 

Dalam satu kelompok, ada 10 petani. Mulanya jumlah ini terbagi rata, yaitu lima lelaki dan lima perempuan. Namun usaha ini kurang mendapat sambutan dari petani lelaki. Theti pun inisiatif mengubah komposisi kelompok menjadi 10 perempuan.

Baca Juga: ListriQu, Solusi Gangguan Listrik bagi Ibu Rumah Tangga

Di lahan demplot, Theti dan perempuan lainnya bertanam tomat, cabai, dan kacang panjang. Hasil panennya diakui Theti mengalami kenaikan. Jika dulu, hasil pertanian hanya cukup untuk dimakan sendiri, kini Theti mengaku mulai bisa menjual hasil pertaniannya dan mulai menabung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI