Mengenal Seluk-Beluk Wayang Potehi, Kesenian Asli Warisan Budaya Tionghoa

Minggu, 17 Februari 2019 | 06:35 WIB
Mengenal Seluk-Beluk Wayang Potehi, Kesenian Asli Warisan Budaya Tionghoa
Wayang Potehi di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2019. (Guideku/Arendya)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mengenal Seluk-Beluk Wayang Potehi, Kesenian Asli Warisan Budaya Tionghoa.

Seni wayang ternyata bukan satu-satunya milik budaya Jawa. Budaya Tionghoa juga memiliki seni wayang, namanya Wayang Potehi. Saat ini pertunjukkan Wayang Potehi sedang digelar di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2019. Bertempat di di Kampung Ketandan, Malioboro, pertunjukkan ini berlangsung dari 13-19 Februari 2019.

Wayang Potehi adalah salah satu kesenian khas Tionghoa yang berasal dari China bagian selatan. Di Indoensia sendiri, Wayang Potehi dikenal melalui para imigran yang masuk ke nusantara beberapa abad silam.

Dari bentuknya sendiri, Wayang Botehi tidak seperti wayang kulit yang dikenal dari budaya Jawa. Wayang Petehi berbentuk seperti boneka yang dirias dengan riasan dan pakaian tradional Tionghoa.

Baca Juga: Lion Air Group Batalkan Beberapa Rute Penerbangan dari dan Menuju Pontianak

Pertunjukkan wayang ini diiringi dengan alunan musik tradisional khas Tionghoa. Lantunan musik menjadi pertanda wayang-wayang segera muncul dari balik tirai tirai merah panggung.

Dalang Wayang Potehi yakni Purwanto mengisahkan bahwa kisah wayang yang dimainkannya menceritakan kisah tentang Kwe Cu Gie seorang pendekar yang awalnya teraniaya. Namun, berkat kegigihannya sosok Kwe Cu Gie yang pemberani, ia menjadi orang hebat dan memiliki kedudukan sebagai seorang panglima.

“Untuk tema cerita wayang potehi ini tak boleh sembarangan. Jika wayang dipentaskan di Klenteng, biasanya wayang potehi menampilkan pementasan cerita tentang Dinasti Song, Dinasti Ming serta Dinasti Tong,” kata Purwanto seperti dilansir dari Guideku.com.

Ia menambahkan, Potehi sendiri berasal dari kata pou yang artinya kain, te artinya kantong dan hi yang artinya kepala.

Lebih lanjut Purwanto menceritakan awal mula ketertarikannya dengan kesenian wayang khas Tionghoa ini. Ia berkisah, bahwa awalnya tertarik karena ajakan teman.

Baca Juga: Sir Alex Ferguson Turun Gunung Kembali Latih MU, Tapi...

“Pertama kali belajar wayang potehi pada 1980 di Klenteng Eng An Kiong, Malang. Berawal dari ajakan sang paman, Purwanto kian lama semakin mencintai kesenian wayang potehi ini. Saya bergabung dengan dalam kelompok Fu He Ann sudah 13 tahun,” tukasnya. [Guideku / Arendya Nariswari]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI